Rabu, 19 Agustus 2009

Bidadari surga-Ku

Malam itu aku bermimpi bertemu seorang akhwat berjilbab. Dia baru saja keluar dari sebuah kelas. Sepertinya dia baru saja mengikuti pelatihan atau pengajian. Parasnya cantik, tapi yang lebih mengesankan adalah aura wajahnya yang bercahaya. Secara tiba-tiba dia kemudian menyodori aku Al-Quran seraya menyuruhku membuka Surat Azzukhruf ayat 70. Aku pun bertanya kembali untuk meyakinkan pendengaranku. Dengan tegas dia menjawab “Ya, Surah Azzukhruf ayat 70”. Aku pun bergegas membuka mushaf Alquran yang diberikannya. Tapi entah mengapa tiba-tiba huruf-huruf dalam alquran menjadi kotak-kotak. Aku pun tidak bisa membacanya. Kemudian dalam mimpi itu aku tersadar bahwa sesungguhnya aku saat ini sedang bermimpi. Aku tahu untuk bisa membaca Al-Quran itu aku harus bangun dari mimpi ini. Aku pun kemudian memasrahkan diri kepada ALLAH. Sejenak kemudian, aku pun terbangun. Aku langsung mengambil Al-Quran yang ada di sebelahku. Aku buka Surat Azzukhruf : 70. Isinya adalah : “Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan". Subhanallah! Siapakah wanita sholeha itu? Aku berusaha mengingat-ingat kembali wajahnya tapi tidak juga berhasil.

"DUNGU"

Diruang kuliah, seorang dosen senior sedang memarahi mahasiswanya:
Dosen : "menjawab saja tidak becus, eh malah bercanda dan ngobrol seenaknya. Sekarang sia-sia disini, yang merasa dungu BERDIRI !!!! " sang dosen membentak.
Beberapa menit suasana hening. Tiba-tiba dari bangku belakang seorang mahasiswa berdiri.
Dosen : " Jadi kamu yakin betul, kamulah si dungu itu ??? "
Mahasiswa : " Bukan begitu pak, saya cuma tidak tega melihat Bapak berdiri sendiri."

Sabtu, 14 Maret 2009

Mimpi Meraih Kemenangan

Kembali aku bermimpi indah. Aku bermimpi melihat umat islam terpecah dalam dua kelompok. Kedua kelompok tersebut saling berperang hingga suatu ketika ada seorang pemuda yang mendamaikan kedua kelompok tersebut. Dia menyadarkan umat Islam bahwa musuh sesungguhnya adalah orang-orang kafir yang berusaha memecah belah orang-orang yang beriman.

Kemudian, pemuda itu berhasil menyatukan kedua kelompok tersebut dan memimpin mereka melawan orang kafir yang sesungguhnya yaitu orang yang berusaha memerangi umat beriman karena tidak senang melihat persatuan umat beriman.

Dengan gagah berani dan tidak kenal takut, dia memimpin umat Islam maju ke medan perang dan akhirnya berhasil menghancurkan kekuatan orang-orang kafir. Pemuda itupun kemudian menaiki sebuah gedung tertinggi tempat pemimpin orang kafir berada. Satu persatu dia menaiki tangga hingga sampai di ruangan paling atas. Dijumpainya pemimpin orang kafir tersebut sedang bersama istri dan dua orang anaknya yang ketakutan hingga bersembunyi di bawah meja. Aku ingat sekali Pemuda itu berkata ”Aku tidak akan menyakiti kalian asalkan kalian menyerah. Jangan takut, Aku akan menjamin keselamatan kalian asalkan kalian berhenti memerangi kami.”

Aku kenal sekali pemuda itu, karena pemuda itu adalah....

Besoknya aku ikut pengajian dan kebetulan temanya adalah ”Meraih Kemenangan Islam”.

Mimpi bertemu Nabi Muhammad saw

Diantara mimpi-mimpiku selama ini tersebut tidak ada yang mengalahkan indahnya mimpi bertemu Nabi Muhammad. Dalam mimpi tersebut aku melihat Nabi Muhammad sedang memberikan khutbah kepada para sahabat. Beliau berdiri membelakangi sebuah pohon kurma. Menurut buku yang aku baca, masjid pada jaman Nabi Muhammad dibatasi oleh pohon kurma. Aku hanya bisa menatap beliau dari luar masjid bersama salah seorang sahabatku. Ketika itu aku hanya bisa berucap ”Eh, itu kan Rasulullah!” selebihnya hanya tangisan bahagia melihat wajahnya yang bercahaya. Parasnya yang gagah dan kokoh. Matanya yang hitam dan tajam. Sampai sekarang pun setiap aku mengingat perjumpaan itu, perasaan ini selalu membuncah karena terharu.

Mulanya ku tak percaya manusia sehina ini bisa bermimpi bertemu dengan beliau hingga esoknya ketika aku sedang membersihkan ruangan, aku menemukan sebuah buku sejarah Nabi Muhammad. Segera aku buka halaman yang menerangkan ciri-ciri Nabi Muhammad. Subhanallah, mirip sekali dengan yang aku lihat dalam mimpiku.

Pada mulanya aku tidak tahu apa maksud mimpi tersebut. Kini ku tahu Rasulullah hendak menunjukkan bagaimana menggunakan ”cara” itu demi kemajuan ummat. Sebuah cara sederhana tapi terabaikan. Sebuah cara yang sudah dirancang oleh ALLAH SWT untuk meneguhkan keimanan umat muslim. Namun, aku belum bisa melakukannya. Aku belum siap. Aku pun meminta bukti dari ALLAH jika aku sudah siap. Aku minta dikirimkan awan yang ada lubang di tengahnya. Suatu hari, sepulang dari sholat subuh, aku melihat awan itu. Gumpalan awan yang melingkar. Hingga kemudian tawaran itu datang. Insya ALLAH aku sudah siap.

Mimpi Kiamat

Aku pernah bermimpi terjadi kiamat. Tiga kali. Pertama, aku lihat matahari terbit dari Barat. Aku lantas tersungkur sujud menyesali semua dosa-dosaku. Aku berkata ”jangan sekarang Ya Allah. Aku belum siap. Aku belum sempat bertaubat”. Kedepan, kalimat ini akan menjadi salah satu tema tulisanku.

Mimpi kiamat kedua berupa gempa bumi yang memporakporandakan semua bangunan.
Beberapa hari kemudian terjadi gempa di Iran dimana 50.000 orang tewas.

Mimpi ketiga aku melihat gelombang laut yang dahsyat menerjang dan menghancurkan semua yang dilaluinya. Beberapa minggu kemudian terjadi tsunami di Aceh yang menewaskan 100 ribu orang.

Oh ya, sebelum ketiga mimpi tersebut. Aku pernah bermimpi berada dalam sebuah rumah yang terbakar. Aku lihat mayat-mayat hangus terbakar. Malamnya aku lihat berita terjadi bom Bali yang menghanguskan orang-orang di dalamnya

Aneh...

Dalam hidupku terkadang muncul semacam keanehan atau keajaiban. Diawali ketika aku bermimpi bertemu Nabi Ibrahim. Beliau berpesan sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan.
Aku juga pernah -antara mimpi dan sadar- dikerubungi makhluk-makhluk yang mengerikan. Mereka mengelilingi tubuhku yang terbaring di tempat tidur. Pernah juga, pada suatu malam, ketika aku sedang tidur di masjid, aku merasakan ada sesuatu yang berusaha masuk ke dalam tubuhku dari kepala dan tertahan di dada. Kemudian sesuatu itu terdorong keluar oleh sebuah kekuatan dalam tubuhku. Dia keluar setelah tidak berhasil menguasai tubuhku. Akupun terbangun dan bergegas pergi dari masjid tersebut.

Yang mengesankan adalah saat mimpi dibawa terbang ke tempat yang indah. Yang masih kuingat adalah sebuah jembatan yang indah diatas sungai yang indah dihiasi bunga-bunga berwarna-warni. Setelah itu aku pun berkunjung ke sebuah tempat. Kuingat betapa hawa panas dari tempat tersebut membangunkanku. Membuatku berkeringat.

Lalu perjumpaanku di waktu malam dengan 4 makhluk aneh yang dipenuhi bulu sehingga tidak diketahui lagi mana depan dan belakang. Di sebuah buku yang pernah aku baca, makhluk tersebut mirip dengan makhluk dimana dajjal berada.

Suatu malam ada secercah sinar seperti sinar laser muncul dihadapanku. Sebuah sinar yang menghanguskan kabel listrik di dekatnya.Membuatku ketakutan.Beberapa waktu kemudian sinar itu muncul kembali ketika aku sedang dalam perjalanan dari masjid setelah menunaikan sholat subuh.Aku tidak tahu sinar apa itu.

Dalam beberapa tahun ini ditelapak tanganku muncul tanda seperti sebuah bintang. Aku bertanya kepada seorang teman yang sering meramal garis tangan, apakah dia pernah melihat seseorang yang memiliki tanda seperti itu telapak tangannya. (Aku tidak bertanya apa maksud garis tangan itu) Ia menjawab selama ini belum pernah ia melihat tanda seperti itu. Tanpa diminta ia berkata bahwa aku akan menjadi orang besar. Aku jadi teringat, dahulu ada seorang kiayi yang mengatakan hal yang sama sambil mengelus rambutku. Aku tidak percaya akan ramalan. Aku hanya percaya pada visi-ku untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Membuat semua orang di dunia ini saling berbagi dalam cinta dan kasih sayang.

"Buah yang bikin bingung"

Tole dan Telo sedang bercakap-cakap, lalu tiba2 Tole nyeletuk,
Tole : lo,tau gak buah apa yang bikin lo bingung?
Telo : Wah, apa yah? gw gak kepikiran nih!
Tole : ya buah MELON.........
Telo : ha???kok bisa????????
Tole : iya, nah tuh kan! buktinya sekarang kamu bingung!!!!!hahahahaha........

Indahnya bebas dari dengki

Di awal-awal perkuliahan dulu aku terbiasa naik angkot untuk pulang pergi dari rumah ke kampus. Suatu hari ketika sepulang kuliah aku diturunkan di tengah perjalanan karena tinggal aku seorang yang berada di dalam angkot. Ketika aku turun, kenek (pembantu sopir) menagih ongkos penuh. Tentu saja aku menolaknya karena sebelum aku naik sang sopir angkot ini bersedia mengantarkan aku sampai di depan rumah. Kenek itupun akhirnya hanya meminta ongkos setengah perjalanan (Rp. 500,-). Tapi tetap saja aku menolaknya. Sebenarnya bukan besar kecilnya uang yang aku permasalahkan tapi kesewenang-wenangan sopir yang seenaknya menurunkan penumpang di tengah jalan. Aku berpikir jika dibiarkan terus menerus mereka akan terbiasa dengan hal ini.

Melihat aku menolak membayar ongkos, sopir dan keneknya menjadi marah. Mereka bahkan sempat mengancam aku. Aku berusaha untuk tetap tenang dan siap menghadapi kejadian terburuk. Sebenarnya dalam hati sempat khawatir juga. Untunglah mereka hanya menggertak saja. Akhirnya, mereka meninggalkan aku yang menahan gelegak emosi mendengar makian mereka.

Sesampainya di rumah aku masih kepikiran dengan ucapan yang mereka lontarkan. Aku sempat berniat membuat perhitungan dengan mereka. Aku sampai tidak enak makan. Emosi ini terus terbawa hingga aku pun tak bisa tidur. Akibatnya kepalaku agak pusing. Mungkin tensi darahku naik gara-gara kejadian tadi siang.

Kemudian aku pun berpikir, alangkah ruginya diriku membiarkan kejadian tersebut mampu memperkeruh suasana hatiku. Lalu bagaimana caranya agar kejadian tadi siang justru membuatku bahagia. Bagaimana caranya membuat nasi yang sudah menjadi bubur menjadi sebuah bubur yang enak dimakan. Caranya tambahkan bumbu-bumbuan dan daging ayam. Jadilah bubur ayam yang nikmat.

Aku pun menggunakan cara yang sama untuk merubah kejadian tadi siang menjadi sesuatu yang bisa dinikmati bukan justru membiarkannya membuatku resah dan gelisah. Aku berpikir mungkin sopir dan kenek yang memaki-maki aku tadi siang sedang ada masalah sehingga berperilaku seperti itu. Akupun berdoa semoga mereka diberikan hidayah. Semoga mereka diberikan kelapangan rizki dan semoga mereka dilepaskan dari semua masalah. Setelah berdoa, aku merasakan hatiku menjadi lapang. Tak tersisa sedikitpun rasa dengki. Begitu ikhlas. Hingga akupun meneteskan air mata karena rasa sejuk yang merasuk dalam hatiku. Akhirnya akupun bisa tidur dengan tersenyum dan nyaman tanpa terganggu lagi oleh kejadian tadi siang.

"dek-dekan"

kirun : coba tebak mobil apa yang buat jantung dek-dekan
Badrun : pasti mobil yang rusaklah
kirun : salah! yang bener yaa... mobilang cintalah !

Jatuh Cinta Setiap Hari

Cinta adalah satu kata yang takkan habis dibicarakan manusia. Ada banyak definisi tentang cinta, namun bisakah kita sepakat akan satu hal : Cinta sejati adalah ketika kita memberi atau berkorban kepada yang kita cintai bukan meminta atau menuntut sesuatu darinya. Cinta sejati tak mengharap imbalan atau balasan. Ketika seseorang menuntut imbalan maka sesungguhnya ia sedang mencintai keinginannya sendiri yang ia harapkan peroleh dari orang yang ia cintai. Cinta sejati tidak terkotori oleh ambisi pribadi.

Cinta sejati tidak didasarkan pada sesuatu yang bersifat sementara. Ia abadi tak lekang oleh zaman. Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia tidak didasari oleh wajah yang rupawan, harta yang melimpah atau perilaku yang menawan. Cinta sejati datang dari dalam (subjek) bukan dari luar (objek). Jika cinta datang dari luar, maka ia akan berubah mengikuti perubahan orang yang dicintai tersebut. Misal jika cinta didasari pada wajah yang rupawan maka ketika wajah berubah cinta pun berubah. Jika cinta didasari pada perilaku yang menawan maka ketika perilaku orang yang dicintai berubah cintapun akan berubah.

Jika cinta datang dari dalam maka betapapun berubahnya seseorang yang dicintai tak akan mengubah cintanya. Betapapun ternyata orang yang dicintainya membencinya sekalipun tak akan mengurangi kadar cintanya. Cacian atau makian tak akan mampu mengurangi kadar cintanya.

Jika cinta datang dari dalam diri maka cinta tak perlu dicari karena ia senantiasa hadir dalam diri. Karena cinta bukan datang dari luar maka ia tak akan kehabisan cinta. Hatinya telah dipenuhi oleh cinta. Ia akan jatuh cinta setiap hari kepada siapa saja, baik manusia, alam maupun makhluk Tuhan lainnya. Dialah penebar cinta. Dialah rahmat bagi alam semesta.

Cinta sejati akan membuat orang yang jatuh cinta selalu berupaya memberikan yang terbaik kepada yang dicintainya bukan dengan menuntut atau meminta. Yang ada dalam pikirkannya bukan lagi dirinya tapi orang lain. Karena cinta adalah pengorbanan maka ia akan mengorbankan apapun demi yang ia cintai, termasuk nyawanya sekalipun. Begitulah kecintaan Nabi Muhammad terhadap umatnya. Hingga menjelang akhir hidupnya, bukan keluarganya yang ia khawatirkan tapi justru yang keluar dari lisannya adalah ummati...ummati...ummati...

Oh Tuhan, saksikanlah betapa aku mencintai umatmu melebihi kecintaan pada diriku sendiri. Aku rela tersiksa asalkan mereka terbebas dari segala derita. Oh alangkah indahnya jika setiap orang bisa berbagi dalam cinta dan kasih sayang. Duhai Allah, betapa hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu. Pertemukanlah aku dengan orang-orang yang juga mencintai-Mu. Kekalkanlah ya Allah cintanya. Penuhilah hati ini dengan nur cahaya-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dadaku dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah dia dalam syahid di jalan-Mu. Sungguh hanya kepada-Mu lah kami menggantungkan harapan. Amin Ya Robbal Alamin.

"Kanker Hati "

Seorang Pejabat yang bersih di vonis oleh dokter menderita kanker hati stadium 4 alias akut.Tetapi si pasien malahan senang bukan nya sedih,Dokter pun bingung lalu bertanya sbb:
Dokter :anda di vonis kena kanker hati,kok malah senang....?.
Poltak :tentu saja saya senang.
Dokter :kenapa...?.
Poltak :itu menandakan saya masih punya hati,entah pejabat pejabat lainnya...?.
Dokter :..............&&^^&&^$$####$...............

Hampir saja aku terjatuh ke jurang kehinaan

Jika mengenang kembali masa-masa yang telah lalu, ada tiga kejadian yang hampir saja menjerumuskan aku ke jurang kehinaan. Pertama, ketika seorang istri tetangga menjebakku. Kejadian ini kalau tidak salah tahun 2000. Ceritanya bapakku punya beberapa rumah kontrakan. Ada sepasang suami istri yang masih muda ngontrak di dekat rumah. Istrinya kerap berpakaian seksi. Suatu hari ketika suaminya sedang bekerja, dia memanggilku untuk mengeluhkan listrik di kamarnya yang putus. Aku segera memeriksa bola lampu tersebut dan ternyata tidak ada yang putus.

Setelah aku selesai memeriksa bola lampu tersebut, aku terkejut ketika pintu kamar sudah ditutup dan dia berdiri (mohon maaf) tanpa busana. Seketika itu juga naluri aku sebagai seorang laki-laki naik. Sejenak aku terkesima dan tak tahu harus berbuat apa. Dia mendekat dan aku pun berhasrat. Namun pada saat-saat genting itulah aku teringat Allah dan kemudian Allah pun menurunkan pertolongan-Nya.

Aku berpikir jika menolaknya dengan kasar bisa jadi dia akan berperilaku seperti istri seorang pembesar Mesir yang menggoda nabi Yusuf. Tiba-tiba timbul pemikiran untuk mengelabuinya. Aku katakan padanya bahwa aku hendak membeli dua botol minuman ber-energi seperti kratingdeng. Dia setuju dan membuka pintu yang sebelumnya dia telah kunci. Aku langsung kabur pulang ke rumah. Dadaku masih terasa sesak dan pikiranku berkecamuk karena kejadian yang barusan aku alami.

Aku lantas berdoa : “Ya Allah, seandainya bukan karena pertolongan-Mu, tentu aku saat ini sudah terjerumus ke lembah kehinaan. Karena itu aku mohon kepada-Mu agar menjauhkan dia dariku”. Besoknya ketika aku pulang kuliah. Aku mendengar kabar dari orangtuaku kalau sepasang suami istri yang telah dua tahun mengontrak tersebut pindah. Dan alhamdulillah sampai saat ini aku tidak pernah berjumpa dengan mereka lagi.

Kedua, seorang wanita tak dikenal mencoba merayu aku. Kejadiannya sekitar tahun 2002. Setelah sholat isya aku berangkat dari rumah menuju komisariat HMI untuk mengatur strategi demonstrasi menjelang kedatangan Gus Dur di Lampung. Malam itu di angkot hanya ada 3 orang yaitu sopir angkot, aku sendiri dan seorang wanita ABG berambut panjang yang terlihat murung. Tanpa ditanya wanita itu bercerita kepadaku bahwa ia baru saja kabur dari rumah karena berantem dengan ibunya. Dia ingin pulang tapi tidak berani sendirian. Dia minta aku mengantarnya pulang karena rumahnya jauh. Dia takut sendirian karena malam-malam seperti itu jarang ada angkot yang menuju rumahnya. Aku berpikir berulang kali menimbang-nimbang permintaannya. Akhirnya aku putuskan untuk mengantarnya pulang sampai di rumah.

Sesampainya di rumah, dia mempersilahkan aku masuk. Ternyata dia berdusta. Rumah itu bukan rumah keluarganya tapi kost-kosan. Dan tentu saja cerita berantem dengan ibunya dan kabur dari rumah hanyalah karangannya saja. Dia mengajakku masuk ke kamarnya dan menginap di sana. Tentu saja aku menolaknya. Kemudian dia minta no hp dan telpon rumah. Aku berbohong padanya dengan mengatakan aku tidak punya hp dan telpon rumah. Aku lekas-lekas berpamitan padanya. Lama-lama di sana membuatku sesak dada. Dia pun mengantarku sampai ke jalan dan memintaku agar sewaktu-waktu berkunjung ke kosannya kembali. Aku hanya mengiyakan saja padahal dalam hatiku aku berkata : “Datang ke sini cuma cari penyakit aja”.

Ketiga, sebuah kejadian yang baru saja terjadi di bulan Mei 2008. Ada seorang pejabat yang meminta kepadaku mendampingi anaknya perempuannya yang terkena gangguan jin. Karena gangguan jin tersebut, anak tersebut tidak mau dekat-dekat dengan orang tuanya. Dia merasa seperti dikejar-kejar oleh jin. Dia tidak mau berobat jika tidak ditemani aku. Sebelumnya aku pernah berkenalan dengannya di sebuah acara pengajian dimana aku bertindak sebagai panitanya. Dia berumur 17 tahun. Berparas cantik dan berkulit putih bersih seperti Nurul Izzah, puteri Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia.

Kami pun berangkat bersama orangtuanya menuju kiayi yang bisa menyingkirkan gangguan tersebut. Sepanjang perjalanan dia tidak mau lepas dari sisiku. Aku sebenarnya ragu dia terkena gangguan jin. Biasanya orang yang terkenan gangguan jin akan malas beribadah. Tapi dia justru sebaliknya. Sepanjang perjalanan setiap terdengar azan, dia minta berhenti untuk menunaikan sholat. Dia juga rajin bersedekah ke pengemis atau pembangunan masjid.

Hari itu kami mengunjungi tiga tempat, tapi hasilnya belum kelihatan. Dia masih saja merasa dikejar-kejar oleh jin dan tetap tidak mau berpisah dari sisiku. Akhirnya setelah seharian penuh mengunjungi ketiga tempat tersebut, kami pun pulang ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Sesampainya di rumah dia tetap tidak mau pisah dari sisiku. Gawatnya dia tidak mau tidur jika tidak bersamaku. Aku tentu saja menolaknya, tapi orang tuanya justru menyarankan aku untuk menemaninya tidur di kamarnya yang mewah. Aku pun menuruti keinginannya tapi dengan syarat pintunya jangan ditutup.

Seumur hidup baru sekali itu aku tidur berdua dengan seorang wanita yang bukan muhrim. Cantik lagi. Tentu saja aku tidak bisa tidur. Tapi lama kelamaan karena kecapekan akhirnya aku tertidur juga sambil mendekap Al-Quran. Aku berharap dengan Al-Qur’an itu, Allah akan menjagaku dari hal-hal yang “diinginkan”. Ketika subuh dia membangunkan aku untuk sholat subuh berjamaah. Kami pun sholat subuh berjamaah di kamarnya. Setelah sholat subuh aku tidur kembali. Aku terbangun karena mendengar suara gemericik air. Ternyata dia mandi di kamar mandi yang ada di kamarnya tersebut. Tapi yang membuat dadaku berdegup kendang adalah pintunya tidak dikunci tapi dibiarkan terbuka sedikit. Untunglah dia tidak sampai terlihat olehku. Aku pun segera bergegas keluar kamar demi menjaga dari “hal-hal yang diinginkan tadi”. Aku lantas melanjutkan tidur di kamar adiknya yang laki-laki. Dia pun berangkat sekolah. Sepulang sekolah, kami bersama orangtuanya berangkat lagi mengunjungi seorang kiayai yang diharapkan bisa mengusir gangguan tersebut. Dan alhamdulillah kini dia sudah kembali tenang dan diterima di sebuah PTN. Semoga Allah memberikan kebaikan pada setiap langkahnya. Amin.

Duh malunya...

Sebagai seorang muslim aku merasa berkewajiban untuk ikut serta dalam mensosialisasikan ekonomi syariah. Suatu ketika, dalam rangka sosialisasi ekonomi syariah aku bermaksud bersilaturrahim dengan pemegang otoritas moneter di daerahku. Tapi untuk bertemu beliau aku tidak mungkin sendirian. Kemudian aku meminta tolong kepada dua pimpinan Bank syariah di daerahku untuk menemaniku bertemu dengan beliau. Alhamdulillah mereka bersedia. Seperti yang telah aku perhitungkan, mendengar dua pimpinan bank besertaku, pimpinan otoritas moneter itupun bersedia menerima kunjunganku. Pertemuan disepakati keesokan harinya jam 9 pagi.

Besoknya jam 8.40 aku masih berada di rumah. Aku kelabakan karena motorku dipakai oleh bapak. Utunglah 5 menit kemudian bapakku datang. Waktu tinggal 15 menit lagi padahal perjalanan dari rumah ke Bank Indonesia memakan waktu 25 menit. Jika sampai telat aku merasa malu sekali dan tidak enak sekali dengan mereka. Padahal, aku yang mengusulkan pertemuan, tapi justru aku yang telat. Aku juga sudah merepotkan dua pimpinan bank syariah untuk menemaniku. Selama perjalanan aku hanya bisa berdoa semoga aku tidak telat.

Tiba-tiba aku teringat bagaimana hubunganku selama ini dengan Allah. Untuk bertemu dengan pejabat saja aku merasa sangat malu dan tidak enak sekali jika telat walau hanya 10 menit. Tapi, selama ini aku tidak pernah merasa malu dan bersalah jika terlambat dalam memenuhi panggilan Allah. Bila azan tiba, aku tidak merasa bersalah mengulur-ulur waktu sholat. Betapa aku selama ini meremehkan panggilan-Nya.

Tiba-tiba aku merasa malu sekali dengan-Nya. Perasaan ini begitu kuatnya sehingga mataku terasa panas menahan air mata agar tidak jatuh. Sesaat timbul sebuah pembelaan dalam diriku. Bukankah Allah menyediakan waktu sholat yang relatif panjang? Memang benar Allah mempunyai toleransi waktu kepada hamba-Nya, namun bukan berarti kita dengan mudah meremehkan panggilannya kan. Toleransi itu berlaku untuk kondisi darurat dan menangani urusan public. Jika hanya pekerjaan kantor yang tidak mendesak atau bahkan berbincang-bincang dengan teman tentu sepatutnya kita lebih bersuka cita dengan panggilan Allah. Dengan bekerja kita mohon diberikan rezeki dari Allah tapi justru dengan pekerjaan itulah kita melupakan Allah Sang Pemberi Rezeki.

Selama ini kita merasa sholat sebagai sebuah beban yang harus dilakukan. Keengganan kita untuk segera melaksanakan sholat dikarenakan kita belum mengenal Allah dengan baik. Kemalasan kita bergegas memenuhi panggilan azan juga menandakan kita belum bisa merasakan nikmatnya sholat. Andaikan kita telah menganal Allah dengan baik dan mengetahui lezatnya sholat khusu’ tentu kita akan bersuka cita memenuhi panggilan azan. Bagaimana tidak? Dengan sholat kita bisa curhat, kita bisa “bersandar” pada Kebesaran Allah. Jika selama ini kita menyandarkan diri pada gelar dan jabatan. Maka dengan sholat kita disegarkan kembali dengan kenikmatan bersandar kepada Yang Maha Berkuasa. Semoga Allah memberikan saya ilmu dan kesempatan untuk bisa berbagi ilmu bagaimana nikmatnya curhat kepada-Nya.

Kembali ke cerita di atas. Walaupun sudah ngebut di jalan aku pun masih telat 5 menit. Mereka bertiga sudah berbincang-bincang di ruangan pimpinan BI. Setelah pertemuan, aku sudah tidak sabar lagi menunggu sholat zuhur tiba. Tadi aku telah minta maaf kepada mereka bertiga karena datang terlambat, kini aku ingin segera meminta maaf kepada Allah atas keterlambatanku selama ini “menemui-Nya”. Sholat zuhur kali ini terasa sangat nikmat sekali. Sayang sekali sholat berjamaahnya terasa agak cepat padahal aku belum puas untuk “curhat”. Sholat ba’da Zuhur aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk menumpahkan semua perasaanku pada-Nya.

Air mata ini rasanya tumpah tak terbendung lagi. Sambil terisak-isak aku “curhat” pada-Nya. “Duhai Allah, maafkan aku yang selama ini menduakan-Mu. Maafkan aku yang selama ini telah menyepelekan panggilan-MU. Duhai Allah, aku malu sekali pada-Mu. Aku malu sekali karena telah seringkali telat menjumpai-Mu. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa kepada-Mu. Duhai Allah, Jadikan hati ini menjadi hati yang dapat mengenal-Mu. Jadikan hati ini menjadi hati yang selalu sejuk mengingat-Mu. Hati yang cinta kepada-Mu. Hati yang selalu rindu ingin berjumpa dengan-Mu”.

Aku bahagia...

Aku bahagia...
Aku bahagia karena telah menemukan kesejatian dalam hidup ini. Aku bahagia karena aku tahu kemana aku harus melangkah. Tidak ada yang bisa menghalangiku. Aku bahagia mendapat “ujian”. Bagiku tidak ada yang namanya musibah. Semua ujian ini adalah sebuah gurauan dari Tuhanku. Dia memang suka bercanda dan membuatku senantiasa tersenyum. Aku ingin berbagi kebahagiaan ini dengan semua orang. Aku ingin melihat mereka semua tertawa riang menikmati gelombang samudera kehidupan. Bagaikan seorang peselancar yang bermain-main di atas ombak besar. Riuh rendahnya peristiwa membuatku seperti anak kecil yang bermain ayunan. Kadang di atas kadang di bawah. Warna warni kehidupan membuatku terkagum-kagum. Betapa gerakan-Mu senantiasa mempesona. Aku ingin selalu di belakang-Mu menghadapi semuanya. Aku ingin menikmati nyamannya bersandar pada-Mu.

Tapi aku sedih jika...
Aku sedih jika telah membuat-Mu berpaling dariku. Jika aku mulai menjauh dari-Mu, itulah musibah yang sesungguhnya. Aku sedih jika telah mengecewakan-Mu.

Dan aku pun takut...
Aku takut karena aku tidak tahu dimana aku akan berakhir. Hanya ada dua pilihan, kekal di surga atau kekal di neraka (QS.2:80-82). Tidak ada pilihan ketiga. Setiap shalat, itulah yang selalu aku keluhkan pada-Mu. Aku meratap, memohon, menangis. Duhai Yang Maha Pengasih, tempatkan aku di tempat yang baik. Peliharalah aku dari kekalnya siksa neraka. Kepada siapa lagi aku mesti berharap selain hanya kepada-Mu.