tag:blogger.com,1999:blog-24545847473442485652024-03-14T01:04:35.429-07:00masfaridMuhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.comBlogger25125tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-14050204006966872502015-05-12T00:21:00.001-07:002015-05-12T00:28:34.829-07:00e-book Allah pun Taubat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-XPGSZ2cIpzk/VVGrZQwzxFI/AAAAAAAAAJM/oLMjFVW41qU/s1600/cover%2Bbuku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-XPGSZ2cIpzk/VVGrZQwzxFI/AAAAAAAAAJM/oLMjFVW41qU/s320/cover%2Bbuku.jpg" width="215" /></a></div>
<a href="https://mfi.re/view/ljlrx7bd3cfiaoo/Allah_pun_Taubat.pdf">Download E-book Allah pun Taubat.pdf - 3 MB</a>Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-75639411412751236252013-03-07T00:31:00.001-08:002013-03-07T00:31:45.928-08:00Komentar Pembaca Buku "ALLAH pun Taubat" <br />
<br />
"Terus berkarya dan berdakwah dengan tulisan. Mencerdaskan umat dengan tulisan-tulisan yang bermutu dan berkualitas". (ustadz Yusuf Mansyur).<br /><br />"Tadinya saya tdk suka dgn judul buku ini tapi setelah separuh dibaca luar biasa isinya. Kajiannya menarik sekali, hampir selesai saya membacanya padahal baru tadi pagi buku ini ada di tangan". (081369019xxx)<br /><br />"Alhamdulillah saya sudah beli & baca buku ini...inspiratif, mencerahkan & memotivasi beribadah lebih baik...."(Dr.Bambang Sutiyoso, dosen Universitas Islam Indonesia, yogyakarta)<br /><br />"Baru membuka-buka saja, saya sudah mendapat kesan buku ini bagus untuk dibaca dan dipahami benar isinya". (Dr. Bondan Hariono, Jakarta)<br /><br />"Dengan kesederhanaannya, penulis mampu menjelaskan persoalan-persoalan yang sangat tidak sederhana. Buku ini sangat reflektif dan mencerahkan. Terus berkarya mas Farid. (Dr. Epi Syaifudin, Dosen IAIN Sultan Hasanudin Banten)<br /><br />"Buku ini sangat menginspirasi, karena penulis mencoba menyegarkan pemahaman islam dengan sedikit "menyimpang" dari pemahaman umumnya, namun tetap mengutamakan rasionalitas dan argumentatif. sangat menarik untuk dibaca.(Deden Firdaus, Mahasiswa Magister Filsafat Islam, ICAS Paramadina-Jakarta)<br /><br />"Sip Mantab, bagus, dengan bahasa deskripsi yang mudah dipahami. Merubah cara pandang beberapa hal yang sudah berakar di pemikiran kita selama ini. Bab yang saya paling suka "7 Kerancuan dalam memandang poligami". (Harusnya semua laki2 membaca ini)..." (Yunia Amelia, Lampung).<br /><br />“Saya berterimakasih kepada penulis karena setelah membaca buku ini, gairah untuk beribadah semakin kuat, untuk menutupi dosa-dosa saya selama ini”. (Pertha Lesmana)<br /><br />"Buku ini sangat luar biasa dan bisa menggetarkan hati para muslimin dan muslimah jadi kita sebagai hamba allah swt mari kita sama sama mencerahkan isi dari buku ini". (Darlin Landide, Sulawesi Tenggara)<br /><br />"Alhamdulillah, bagus sekali dan banyak memberikan inspirasi dan menyegarkan iman, bahasa enak sekali seperti berbincang langsung dg penulis" (Dian Rahayuningrum, jakarta)<br /><br />"Mengena sekali dan aplikatif. insya Allah akan saya sampaikan ke teman-teman". (Sulastri, Solo)<br /><br />"Bukunya menarik dan gaya bahasa enak dibaca dan dicerna.. (Zulkarnain, Papua)<br /><br />"Buku ini sangat menggugah kesadaran saya akan pentingnya memahami Alquran sekaligus mengamalkannya". (Muhtadin, Lampung)<br /><br />"Barakallahu, selamat. Bagusnya punya ustad, berkafaah syar'i untuk rujukan & referensi". (081369319xxx)<br /><br />"Alhamdulilah saya pun ikut senang membaca buku itu. Dan hati pun jadi tenang dan tentram". (Ani, Bandung)<br /><br />"Buku ini membuat orang tergugah dari ketertiduranya. salam perjuangan". (Fijar Ibrahim)<br /><br />“Menarik Sekali membaca buku ini. Banyak ilmu yang saya dapatkan”. (Erlina, Bekasi)<br /><br />"saya akui buku ini memang luar biasa....penuh inspirarsi dan memberi pembelajaran untuk pembaca tanpa bermaksud menggurui...makasih banyak ya mas farid.."(Yulia.R.Yusuftina, Magelang)<br /><br />“Bukunya LUAR BIASA!” (Muhammad Noor Indra, Jawa Barat)<br /><br />"Bukunya bagus, saya sudah pesan 10 eksemplar" (Hesti, Hongkong)<br /><br />"Bacanya enak, maknanya dalam tapi mudah dicerna" (Sandra.P, Lampung)<br /><br />"Bukunya keren. Buat teman-teman semua : aku harap kalian baca buku "ALLAH pun TAUBAT" karya Muh.Farid ini, aku jamin, hidup kalian akan jadi lebih terarah. Amien. (Dinar Gusti Mahardika, Bondowoso, Jawa Timur)Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-32326127523107163962012-07-27T07:15:00.003-07:002012-07-27T07:15:51.338-07:00No body’s perfect<div class="mbl notesBlogText clearfix">
<div>
Tidak ada manusia yang
terbebas dari kekurangan, tidak terkecuali pasangan kita.
Bersiap-siaplah untuk mengalami kekecewaan sehingga rumah tangga kita
penuh dengan air mata duka jika kita mengharap pendamping yang
sempurna, tanpa kekurangan. Pengharapan kita inilah yang menjadikan
pendamping kita selalu tampak penuh kekurangan meski orang-orang di
sekelililng kita takjub melihat kesempurnaannya. Sebaliknya, pasangan
kita akan senantiasa tampak sempurna apabila kita merelakan hati untuk
menerima kekurangan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan pendamping yang
benar-benar sempurna adalah menerima dia apa adanya.<br />
<br />
Menerima
pendamping kita apa adanya dengan tidak berharap terlalu banyak,
merupakan bekal untuk mencapai kemesraan rumah tangga dan kebahagiaan di
akherat. Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai keinginan untuk
memperbaiki kehidupan kita, rumah tangga kita, serta pasangan kita.
Akan tetapi, semakin besar harapan kita dalam pernikahan, semakin sulit
kita mencapai kebahagiaan dan kemesraan. Sebaliknya, semakin tinggi
komitmen pernikahan kita, akan semakin lebar jalan yang terbentang
untuk memperoleh kebahagiaan dan kepuasan. Keluh kesah kita terhadap
pasangan akan sedikit.<br />
<br />
Apa yang membedakan antara harapan
terhadap perkawinan dengan komitmen perkawinan? Harapan terhadap
perkawinan menunjukkan apa yang ingin kita dapatkan dalam perkawinan.
Bila kita memiliki harapan perkawinan yang sangat besar, sulit bagi
kita untuk menerima dia apa adanya. Kita akan selalu melihat dia penuh
kekurangan. Jika kita menikah karena terpesona oleh kecantikannya, kita
akan segera kehilangan kemesraan sehingga tidak bisa berlemah lembut
terhadap istri begitu kita mendapati bahwa istri kita sudah tidak
memikat lagi. Betapa cepat berlalu dan betapa besar nestapa yang harus
ditanggung. Sementara itu, komitmen perkawinan lebih menunjukkan rumah
tangga seperti apa yang ingin kita bangun. Kalau boleh memilih, tentu
kita mendambakan pasangan yang paling sempurna. Akan tetapi, jika ia
memiliki banyak kekurangan, komitmen yang besar diatas pijakan yang
kokoh akan membuat kita memiliki kekuatan untuk memperbaiki.<br />
<br />
Sebaik
apapun pasangan kita, bila ia selalu kita bandingkan dengan harapan
sebelum dan sesudah menikah, ia tidak akan pernah mencapai keutamaan
sedikitpun. Selalu saja ada yang membuat kita mengeluh dan kecewa
sehingga akhirnya dapat membuat kita putus asa. Sebabnya bukan karena
dia tidak memiliki keutamaan dan kesempurnaan. Bisa jadi, orang lain
memandangnya dengan iri sambil diam-diam berdoa agar mendapatkan
pasangan seperti dia. Akan tetapi, jika hati kita keruh dan jiwa kita
keras, tidak ada lagi yang dapat membuahkan rasa syukur di hati kita.<br />
<br />
Bila
kita menuntut kesempurnaan – bukannya menguatkan komitmen untuk
mencapai kesempurnaan – jiwa kita akan selalu gelisah. Apapun yang
dilakukannya selalu tampak kurang dan penuh cacat., sekalipun orang
berdecak kagum melihatnya begitu hebat. Ibarat minum air laut, semakin
banyak kita meminumnya, semakin kita kehausan. Seperti itu pula jika
rumah tangga ditegakkan dengan tuntutan agar pasangan kita sempurna.
Semakin lama kita hidup bersamanya, semakin besar kekecewaan kita.<br />
<br />
Jika
kita mengalami lonjakan kekecewaan, masalah kecil saja dapat
menggoncangkan rumah tangga. Semuanya bermula dari tuntutan kita agar
pasangan kita sempurna, meski kita tak merasa menuntut. Tuntutan inilah
yang menyebabkan kita kurang mampu merasakan kebaikan meskipun ia
sangat baik. Tuntutan pula yang menyebabkan kita kurang bisa menerima
dengan lapang dada meskipun ia begitu setia dan penuh perhatian.
Sementara itu, penerimaan yang tulus disertai dengan komitmen yang
kuat, akan melahirkan kehendak untuk memperbaiki.<br />
<br />
No
body’s perfect. Tak ada manusia yang sempurna. Akan tetapi, sangat
banyak kekurangan yang bisa diperbaiki bersama apabila kita memiliki
komitmen yang kuat, kesediaan untuk menerima apa adanya, termasuk
mengikhlaskan hati untuk menerima kekurangannya. Kerelaan untuk
menerima kekurangan, membuat kita lebih mudah menyukuri kekurangan.
Lalu bagaimana caranya memperbaiki kekurangan? Mungkin bukunya Mohammad
Fuazil Adhim yang berjudul Agar cinta bersemi indah dapat membantu.<br />
<br />
Jika
penerimaan yang tulus dan apa adanya akan membuat kita lebih bahagia,
pengharapan yang terlalu besar akan membuat kita menuai kekecewaan demi
kekecewaan. Pengharapan melahirkan tuntutan-tuntutan di satu sisi dan
hambatan untuk bisa merasakan kebaikan di sisi lainnya. Sementara itu,
tuntutan akan menjadi beban bagi jiwa kita. Tuntutan menghambat langkah
kita dalam memperbaiki diri.<br />
<br />
Alhasil, jika engkau
menemukan kekurangan pada suami atau istrimu, janganlah engkau
mengingat-ingatnya. Ketauhilah kekurangan itu dalam rangka memahami
sehingga dapat berlaku baik pada pendamping hidupmu. Jangan pula engkau
sibuk menyebut-nyebutnya dengan harapan agar ia segera memperbaiki
diri, sebab menyebut-nyebut keburukan dan kekurangan tidak akan
memperbaiki masalah. Justru, ia akan semakin sulit untuk dibenahi. Jika
engkau sibuk berkeluh kesah terhadap kekurangan yang ada pada
pendampingmu, dengan tidak mensyukuri kebaikannya, ia akan terhambat
dan terbebani. Keluh kesah yang sering diperdengarkan, membuat orang
mudah putus asa dalam menempuh jalan kebaikan.<br />
<br />
Kita
sendiri punya kekurangan, kenapa kita sibuk menuntut pasangan kita
untuk sempurna? Ada amanat yang diemban bersama ketika menikah. Ada
ruang untuk saling memperbaiki. Bukan saling mengeluhkan dan
menyebut-nyebut kekurangannya.<br />
<br />
Terimalah ia apa adanya.
Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan engkau temukan
cinta yang bersemi indah. Sesudahnya, ada perbaikan yang bisa kita
lakukan bersama. Bukan tuntutan untuk sempurna.<br />
<br />
Wasalam..</div>
</div>Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-22404358222465353032011-02-10T19:16:00.002-08:002012-03-17T18:14:20.935-07:00Resensi Buku : ALLAH pun TAUBAT<a href="http://4.bp.blogspot.com/-8Ey-5DsW2bA/T2U2i_bBVSI/AAAAAAAAAFo/xyGO9bqMoc4/s1600/buku.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 270px; height: 400px;" src="http://4.bp.blogspot.com/-8Ey-5DsW2bA/T2U2i_bBVSI/AAAAAAAAAFo/xyGO9bqMoc4/s400/buku.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5721038876412302626" /></a><br /><br />Judul : ALLAH pun TAUBAT<br />Penulis : Muhammad Farid<br />Penerbit: CV Anugerah<br />Tebal : 220 + vi halaman<br />harga : Rp. 60.000,-<br /><br />Kehadiran buku ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan atas semakin ditinggalkannya Alquran sebagai referensi atau pedoman dalam kehidupan umat islam. Banyak cendekiawan muslim atau ulama yang lebih senang mengambil referensi dari kitab-kitab lainnya ketimbang Alquran. Akibatnya, tanpa disadari, kita telah disesatkan oleh kitab-kitab tersebut. Sudah saatnya kita kembali kepada Alquran. Sebab, jika kita tidak kembali pada Alquran, setan akan senantiasa menyertai kita.<br /><br />“<span style="font-style:italic;">Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Alquran), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.</span>” (Q.S. Az Zukhruf [43]: 36)<br /><br />Di buku ini, anda akan menemukan banyak sekali koreksi atas pemahaman yang telah berkembang luas di kalangan umat islam. Melalui buku ini, penulis ingin meluruskan pemahaman tersebut agar selaras dengan petunjuk yang ada dalam Alquran dan Hadis Nabi.<br /><br />1. Kiat-Kiat Memahami Alquran<br />Bab ini menuturkan kiat-kiat atau tata krama memahami Alquran sehingga ALLAH menurunkan ilmu-Nya kepada kita.<br /><br />2. Kiat Masuk Surga tanpa Mampir di Neraka<br />Bab ini menjelaskan kiat langsung masuk surga secara praktis, sederhana dan logis berdasarkan ayat-ayat Alquran. <br /><br />3. Kematian itu Indah<br /> Bab ini akan menggugah kesadaran kita bahwa kematian bukanlah suatu hal yang harus ditakuti. Justru kita harus menyikapi kematian sebagai sebuah pintu gerbang yang akan mengantarkannya pada sang kekasih ALLAH swt dan surga yang dirindukannya selama ini.<br /><br />4. Berislam, tetapi kekal di Neraka<br />Barangsiapa yang banyak berbuat dosa, dimana dosanya lebih banyak dari kebaikannya, maka dia akan kekal di neraka dan tidak bisa keluar dari sana untuk selama-lamanya. (QS.2:80-81, 23:103)<br /><br />5. Hidup itu Indah<br />Bab ini menggambarkan pribadi yang telah diselimuti kasih sayang dari ALLAH swt. Sehingga kejadian apapun yang menimpanya tidak akan membuatnya bersedih hati. Dia tidak pernah khawatir (stress) karena keyakinannya bahwa ALLAH beserta dia dimana saja dia berada.<br /><br />6. Korupsi dan Zina Tidak Diampuni Allah.<br />Selama ini dosa syirik hanya dikaitkan dengan jin, dukun, ramalan. Padahal menurut Alquran syirik tidak hanya sebatas itu. Bab ini menerangkan hakekat syirik yang sesungguhnya.<br /><br />7. Maksiat yang Mengantarkan ke Surga dan Ibadah yang Menjerumuskan ke Neraka<br />Maksiat seperti apa yg bisa mengantarkan ke surga? Dan bagaimana ibadah yang bisa menjerumuskan ke neraka?<br /><br />8. Allah pun Taubat<br />Banyak orang menyangka, istilah ALLAH pun taubat hanya sebuah judul yang mengada-ada untuk menarik perhatian belaka. Padahal istilah “ALLAH tauba”t memang benar-benar ada dalam Alquran. <br /><br />9. Tiga Keanehan Jilbab<br />Ternyata di Alquran disebutkan, ibu-ibu yang sudah berhenti haid dan tidak ingin menikah lagi, tidak wajib lagi berjilbab (QS.24:60). <br /><br />10. Nabi Ibrahim pun “Kafir”<br />Nabi Ibrahim pun kafir kepada sesembahan selain Allah. Bab ini menerangkan dengan terang benderang istilah kafir dalam Alquran agar kita tidak mudah mengkafirkan orang lain.<br /><br />11. Tujuh Kerancuan dalam Memandang Poligami<br />Bagaimana kita menyikapi poligami? Temukan jawabannya dalam bab ini.<br /><br />12. Cara Nabi Muhammad Menghadapi Penghinaan<br />Bab ini akan menguraikan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap orang yang menghina Nabi Muhammad menurut Alquran.<br /><br />13. Rahasia Jepang, China, Zulkarnain, Ya'juj, dan Ma'juj dalam Alquran<br />Di bab ini anda akan menemukan bukti yang membangun tembok China pertamakali adalah orang islam. Selain itu dijelaskan pula siapa sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj yang ternyata sudah muncul dan bahkan pernah menguasai dunia. Dan ternyata negeri Jepang juga disebutkan dalam Alquran.<br /><br />14. Mukjizat Alquran<br />Bab ini menerangkan empat mukjizat Alquran yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern di abad ini. Sebuah bukti kebenaran firman ALLAH yang akan menguatkan keimanan kita dan menarik perhatian orang-orang yang belum beriman kepada Alquran.<br /><br />Secara keseluruhan, buku ini akan membongkar pemahaman yang mengakar di benak kita selama ini. Agar pembaca mendapat manfaat dari buku ini, maka seluruh keuntungan dari penjualan buku akan di infakkan kapada yang berhak menerimanya (fakir miskin, anak yatim dll), kecuali sekedar kebutuhan penulis dan penerbit.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-59415126594045957692011-02-10T19:11:00.000-08:002013-07-16T12:39:52.859-07:00ALLAH pun TAUBATKita sering mengartikan istilah taubat dengan memohon ampun. Karena itu, ketika membaca judul buku saya “ALLAH pun TAUBAT”, sahabat2 pasti bertanya-tanya, bagaimana mungkin Allah memohon ampun. Mari kita kembali ke pengertian yang sesungguhnya menurut Alquran. Taubat berbeda dengan mohon ampun, seperti yang Allah tegaskan dalam Alquran,<br />
<br />
“<i>Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih</i>”. (QS.11:90).<br />
<br />
Ayat yang memisahkan antara memohon ampun dan bertaubat juga bisa kita dapatkan di QS.5:74, 11:3, 11:61.<br />
<br />
Kata taubat berasal dari bahasa Arab. Menurut kamus bahasa arab, taubat berasal dari kata <i>taaba - yatuubu - taubatan </i>yang artinya kembali.<br />
<br />
Ketika kita belum mengenal dosa, kita dekat dengan Allah. Tapi setelah kita berbuat dosa, kita pun menjauhi Allah dan mendekati setan. Sehingga Allah pun menjauhi kita dan mendekati hukuman atau konsekuensi atas perbuatan dosa kita. Akibatnya kita dan Allah saling berjauhan.<br />
<br />
Setelah kita berbuat dosa, pasti akan menemukan akibat atau konsekuensi atas perbuatan dosa kita yang memang sengaja Allah berikan agar kita kembali (taubat) kepada-Nya. Ada empat tahapan taubat :<br />
<br />
Tahap pertama adalah tahapan awal dimana kita ingat kepada Allah. ketika musibah dan kesulitan datang, kita tergerak untuk mengadu dan berdoa kepada Allah. Nah, ingatnya kita kepada Allah sudah dikatakan taubat (QS.13:27-28). Namun pada saat itu baru hati kita yang taubat (kembali) kepada Allah (QS.66:4) sehingga kita belum disebut taubat (kembali) dengan seutuhnya (sebenarnya). Ingatnya kita kepada Allah baru merupakan awal dari taubat kita yang sebenarnya.<br />
<br />
Tahap kedua adalah tahap dimana Allah menerima taubat kita. Jika kita orang yang beriman kepada Allah, maka Allah akan menerima taubat (kembalinya) kita. Itulah tahap dimana “Allah menerima taubat”.<br />
<br />
Tandanya Allah “menerima taubat” kita adalah Pertama : Allah akan menunjukkan jalan kembali (pulang) kepada kita.<br />
<br />
"<i>Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada Nya</i>" (QS.Ar Ra’du 13:27)<br />
<br />
“<i>...Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya).</i>” (QS.Asy Syuura 42:13)<br />
<br />
Bentuknya bisa mempertemukan kita dengan orang-orang yang shaleh atau buku-buku yang baik yang bisa menuntun kita kembali kepada Allah. Tanda kedua, Allah menurunkan ketenangan dalam hati kita. Setelah kita bersimpuh memohon ampun di hadapan Allah biasanya akan turun ketenangan dalam hati kita. Itulah tanda Allah telah menerima taubat kita.<br />
<br />
Tapi apakah cukup sampai di sini, sampai Allah menerima taubat kita? Belum, masih ada dua tahapan lagi yang harus di lalui. Seperti dijelaskan di atas, tahap awal adalah kita ingat kepada Allah, tahap kedua adalah Allah menerima taubat kita yaitu dengan menurunkan ketenangan dan menunjukkan jalan taubat (kembali).<br />
<br />
Tahapan ketiga, adalah tahapan yang sebenarnya dimana kita menempuh jalan kembali kepada Allah yaitu dengan BERBUAT BAIK. Setelah kita berbuat baik menurut petunjuk Allah maka itulah yang disebut taubat yang sebenarnya (seutuhnya). Bukan hanya hati atau lisan saja tapi sudah diaplikasikan dalam bentuk perbuatan.<br />
<br />
“<i>Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya</i>”. (QS.25:71)<br />
<br />
Inilah tahapan taubat yang paling penting yang tidak saya dapatkan di buku-buku manapun. Selama ini saya hanya tahu sampai di tahapan ke dua yaitu syarat Allah menerima taubat yaitu menyesal, memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulangi.<br />
<br />
Lalu apa yang terjadi setelah kita melewati tahap ke tiga yaitu berbuat baik menurut petunjuk Allah? Kita masuk ke tahap terakhir yaitu tahap dimana Allah pun “bergerak” kembali (taubat) kepada kita. Itulah yang disebut Allah pun taubat (kembali) kepada kita. Saya mencatat ada 26 ayat yang menuliskan kata “Allah taubat kepada manusia”. Salah satunya adalah :<br />
<br />
"<i>Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, <u>maka sesungguhnya Allah kembali kepadanya</u>. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"</i>. (QS.Al Maidah 5:39)<br />
<br />
Di terjemahan umumnya kita akan mendapatkan terjemahan yang digaris bawahi sebagai berikut : “maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya”. Sebenarnya yang paling tepat menurut kaidah bahasa arab adalah : “maka sesungguhnya Allah kembali kepadanya”.<br />
<br />
Jika anda membacanya dalam teks aslinya (bahasa arab) maka tertulis “Allah yatubu alaihi. artinya "Allah kembali kepadanya" bukan “Allah menerima taubat darinya” karena di teks aslinya tidak ada tulisan “<i>yakbalu </i>(menerima)”. <br />
<br />
Tetapi, ada 4 ayat lain yang tertulis “Allah menerima taubat dari hamba-Nya”. Seperti telah diterangkan sebelumnya, ada perbedaan istilah antara “Allah taubat (kembali) kepada hamba-Nya” dengan “Allah menerima taubat dari hamba-Nya”.<br />
<br />
Banyak yang bertanya, kalau manusia taubat (kembali) dari perbuatan dosa maka Allah taubat (kembali) dari apa? Untuk menjawab pertanyaan ini saya ingin sedikit me-review, Pada mulanya ketika kita berbuat dosa, kita menjauhi Allah dan mendekati setan, maka Allah pun menjauhi kita dan mendekati konsekuensi atau hukuman yang akan diberikan kepada kita.<br />
<br />
Setelah kita berbuat baik, maka kita pun kembali (taubat) kepada Allah dengan taubat yang seutuhnya (sebenarnya) dan meninggalkan setan. Maka Allah pun taubat (kembali) kepada kita dan meninggalkan hukuman yang Allah berikan kepada kita. Karena taubat kita, Allah tidak jadi meneruskan hukuman tersebut.<br />
<br />
Jadi kalau kita kembali (taubat) kepada Allah dari perbuatan dosa, maka Allah kembali (taubat) kepada kita dari menjatuhkan hukuman-Nya atas kita. Ada perbedaan antara taubatnya (kembalinya) manusia dengan taubat (kembali) nya Allah SWT. Bedanya manusia taubat (kembali) kepada Allah dengan memohon ampunan dan kasih sayang sedangkan Allah taubat (kembali) kepada manusia dengan membawa (memberi) ampunan dan kasih sayang.<br />
<br />
Perumpamaannya taubat kita kepada Allah seperti seorang anak yang kabur dari rumah. Setelah kita ketemu masalah baru kita ingat kepada orang tua. Itulah yang disebut awal dari kembalinya kita. Namun belum disebut kembali yang sebenarnya karena badannya belum beranjak pulang. Kita pun kemudian menelpon orang tua. Mendengar suara anaknya yang memohon maaf ingin kembali, orang tua merasa iba. Mereka pun menerima permohonan maaf kita.<br />
<br />
Karena saking senangnya orang tua mendengar anaknya kembali tidak peduli sebesar apapun masalahnya dahulu, orang tua bahkan memberikan petunjuk atau bantuan untuk bisa pulang. Setelah si anak beranjak pulang ke rumah, barulah disebut kembali yang sebenarnya. Sehingga orang tua pun menyongsong anaknya yang kembali ke pangkuan orang tuanya dengan penuh kasih sayang.<br />
<br />
Itulah tahapan taubat yang saya fahami di Alquran. Judul buku “ALLAH pun TAUBAT” berasal dari tulisan 3 orang profesor ahli bahasa arab yaitu Prof.Dr. Quraish Shihab (mantan ketua MUI), Prof.Dr.Jalaludin Rahmat (Pakar komunikasi) dan Prof.Dr. Ahmad Thib Raya (Pembantu Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).<br />
<br />
Dalam hadisnya, kita sering mendengar hadis Nabi Muhammad yang sangat terkenal, yang inti hadis tersebut adalah jika kita kembali kepada Allah sehasta (selangkah) maka Allah akan kembali kepada kita seribu hasta, jika kita kembali kepada Allah berjalan maka Allah kembali kepada kita berlari. Tidak mungkin Allah berlari-lari. Karena itu, hadis tersebut adalah sebuah perumpamaan yang menggambarkan bagaimana proses Allah kembali kepada kita.<br />
<br />
Kita tidak akan bisa menerima penjelasan ini kalau dalam otak dan hati kita masih ada penghalang. Penghalangnya adalah persepsi kita selama ini bahwa taubat itu sama artinya dengan menyesal memohon ampun.<br />
<br />
Tidak mungkin Allah memohon ampun, Maha Suci Allah dari sifat kesalahan. Maha suci Allah dari apa yang kita sifatkan. Yang benar adalah Allah kembali (bahasa arabnya : taubat) kepada kita dengan membawa setumpuk ampunan dan kasih sayang dari (meninggalkan) hukuman yang Allah ancamkan kepada kita. (Disarikan dari buku Allah pun Taubat)<br />
<br />
Jika pembaca ingin mengetahui lebih dalam dan ingin berdiskusi, bisa menghubungi penulis di nomor : 081806200078 / 08117200078. Gratis tanpa mengharap imbalan kecuali sekedar mengharap rido Allah SWT. Semoga kita bisa saling menasehati dengan hak (Alquran) dan dengan kesabaran. (QS.103:3).Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-60895073859310655462011-02-10T19:06:00.000-08:002011-02-10T19:10:26.170-08:00Ber-Islam tapi KEKAL di NERAKA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/-ajegTFTKx7g/TVSomyFhK5I/AAAAAAAAADo/ecKab3KzOQs/s1600/badai-matahari.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 320px;" src="http://3.bp.blogspot.com/-ajegTFTKx7g/TVSomyFhK5I/AAAAAAAAADo/ecKab3KzOQs/s320/badai-matahari.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5572264023197559698" /></a><br />Dalam tulisan sebelumnya telah dijelaskan kita bisa langsung masuk surga tanpa lewat neraka jika kita beriman dan beramal saleh. Syaratnya, kebaikan kita harus lebih banyak dari keburukan. Lalu, bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya, keburukan kita lebih banyak dari amal kebaikan? Mari kita simak ayat berikut:<br /><br />(8). <span style="font-style:italic;">Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya.(9). Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. </span>(Q.S. Al Qaari’ah [101]: 8-9)<br /><br />Allah menegaskan kembali dalam Q.S. Al-A’raf:<br /><br />“<span style="font-style:italic;">Dan barang siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.</span>” (Q.S.Al-A’raf [7]: 9)<br /><br />Yang paling mengerikan adalah ayat berikut ini,<br /><br />“<span style="font-style:italic;">Dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.</span>” (Q.S. Al-Mukminuun [23] : 103)<br /><br />Ayat tersebut ditujukan kepada kita. Sehingga, yang dimaksud dengan “mereka” pada ayat di atas adalah orang yang banyak berbuat keburukan atau dikuasai oleh kejahatan. Orang yang telah dikuasai oleh kejahatan akan kekal di neraka. Artinya, dia akan tinggal selamanya (abadi) dan tidak bisa keluar dari neraka. Seperti yang telah Allah tegaskan dalam Alquran:<br /><br />(14). <span style="font-style:italic;">Dan sesungguhnya orang-orang yang banyak berbuat jahat (al-fujjar atau durhaka) benar-benar berada dalam neraka. (15). Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. (16). Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.</span> (Q.S. Al Infithaar [82]: 14-16)<br /><br />Al-fujjar merupakan julukan kepada orang yang banyak berbuat kemaksiatan (kejahatan). Lawan katanya adalah al-abror, yaitu orang yang banyak berbuat kebaikan.<br /><br />Jadi jelas, bagi kita yang banyak melakukan perbuatan dosa melebihi kebaikan yang dilakukan, tempat kembalinya adalah neraka. Ironisnya, kita tidak akan bisa keluar dari sana alias kekal selama-lamanya. Lantas, apa gunanya kita hidup di dunia ini jika pada akhirnya kita harus menanggung siksa neraka selama-lamanya? Karena itu perbanyaklah perbuatan baik agar kita memeperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat.<br /><br />Mengapa orang yang ringan timbangan kebaikannya kekal di neraka dan tidak bisa keluar dari sana selama-lamanya? Bukankah dia masih memiliki timbangan kebaikan? Bukankah Allah akan memperhitungkan setiap amal kebaikan kita walaupun sekecil biji zarah? Jawabannya ada pada Alquran<br /><br />“<span style="font-style:italic;">... Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” </span>(Q.S. Huud [11]: 114)<br /><br />Menurut ayat di atas, amal kebaikan kita bisa dipakai untuk menghapus keburukan yang kita perbuat. Jika kebaikan kita sangat sedikit, maka kebaikan kita tidak cukup untuk menghapus seluruh keburukan. Akibatnya, kebaikan kita habis untuk menghapus keburukan. Yang tersisa ialah keburukan. Itulah yang disebut dengan orang yang merugi.<br /><br />Dalam perdagangan, orang yang rugi ialah mereka yang pemasukannya lebih sedikit dari pengeluaran. Dalam bahasan kita kali ini, orang yang rugi ialah mereka yang kebaikannya lebih sedikit daripada keburukannya. Jika tidak ada yang tersisa kecuali keburukan, wajar jika ia tidak bisa masuk surga. Dia kekal di neraka dan tidak bisa keluar dari dalamnya.<br /><br />Hitungan sederhananya adalah sebagai berikut. Misalnya pahala kebaikan kita berjumlah 30 dan dosa kita berjumlah 90. Itu artinya timbangan kebaikan kita lebih ringan dari keburukan. Lalu apa yang akan terjadi? Seperti yang telah disebutkan dalam Q.S. 11 :114, amal kebaikan akan menghapus dosa. Jika keburukan 90 dikurangi pahala 30, akan tersisa keburukan 60. Sedangkan pahala atau kebaikan kita telah habis untuk menutupi dosa-dosa kita. Dengan demikian, Allah masih memperhitungkan amal kebaikan kita.<br /><br />Siksaan bagi seseorang yang memiliki sisa keburukan 60, tentu akan berbeda dengan seseorang yang memiliki sisa keburukan 6 juta. tentu saja hitungan tersebut hanya adalah perumpamaan.<br /><br />(162). <span style="font-style:italic;">Apakah orang yang mengikuti kerida-an Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya adalah (neraka) Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (163). (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.</span> (Q.S. Ali Imran [3]: 162-163)<br /><br />Meskipun demikian, sekecil apa pun sisa dosa mereka, tetap saja siksaan neraka tidak ada yang ringan. Menurut sebuah hadis Nabi yang pernah saya dengar, orang yang paling ringan siksaannya di neraka ialah orang yang kakinya dipanggang sehingga otaknya meletup karena mendidih. Di atas semua itu, yang lebih mengerikan ialah kita tidak bisa keluar dari neraka itu buat selama-lamanya.<br /><br />Dalam Alquran surat 23 ayat 103, Allah menyatakan jika kebaikan kita sedikit, kita termasuk orang-orang yang merugi (bangkrut) karena kebaikan kita tidak mencukupi untuk menutupi keburukan (dosa) yang kita kerjakan. Jadilah kita sekarang tidak mempunyai sisa pahala kebaikan sedikit pun dan akan menghadap Allah dalam keadaan membawa sisa dosa dan disebut sebagai orang yang berdosa.<br /><br />“<span style="font-style:italic;">Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahanam.</span>” (Q.S. Az-Zukhruf [43]: 74)<br /><br />Kita semua pasti mempunyai dosa, lalu apakah dengan begitu kita akan kekal di neraka? Lalu siapakah yang dimaksud sebagai orang yang berdosa sehingga kekal di neraka tersebut? Ayat ini dijelaskan oleh ayat lainnya,<br /><br />“<span style="font-style:italic;">Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.”</span> (Q.S. Thahaa [20]: 74)<br /><br />Jadi yang dimaksud orang yang berdosa dan kekal di neraka adalah orang yang datang kepada Allah dengan membawa sisa dosa seperti yang telah disebutkan dalam Surat Almukminuun ayat 103 dan Ali Imran ayat 162-163.<br /><br />Pemahaman ini sangat penting diketahui oleh umat Islam agar mereka tidak mudah berbuat dosa karena merasa telah mendapat jaminan surga. Saya pernah bertanya kepada salah seorang teman mengapa ia begitu mudahnya berbuat maksiat. Apakah ia tidak takut neraka? Ia menjawab, “Yang penting kita tetap beragama Islam. Orang Islam kan dijamin masuk surga walau harus mampir ke neraka dahulu untuk membersihkan dosa-dosa. Kita bukan nabi jadi tidak lepas dari dosa. Akan tetapi kita tidak selamanya di neraka. Sebesar apa pun dosa, pada akhirnya kita pasti akan diangkat ke surga.”<br /><br />Rupanya dia merasa mau tidak mau pasti mampir dahulu ke neraka untuk membersihkan dosa-dosanya dan kemudian diangkat ke surga yang kekal. Akibatnya neraka menjadi sesuatu hal yang biasa. Banyak di antara umat Islam yang mempunyai keyakinan pasti masuk neraka karena sebagai manusia biasa tidak akan bisa luput dari dosa. Namun, sebesar apa pun dosanya, mereka juga yakin pada akhirnya akan masuk surga juga asalkan tetap beragama Islam. Pemahaman inilah yang menyebabkan mereka tidak takut lagi pada neraka dan karena itu tidak takut berbuat maksiat. Pokoknya yang penting tetap beragama Islam.<br /><br />Jika hanya mengucapkan tiada Tuhan selain Allah lantas masuk surga, tentu Fir’aun juga masuk surga karena sebelum matinya ia sempat mengucapkan syahadat. Seperti yang tertera dalam Alquran,<br /><br />“<span style="font-style:italic;">Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka). Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: ‘Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang Islam.” </span>(Q.S. Yunus [10]: 90)<br /><br />Jadi, menurut Alquran, seseorang masuk surga bukan karena mengucapkan tiada Tuhan selain Allah semata, melainkan mesti dibuktikan dengan keteguhan (istikamah) dalam menghadapi berbagai cobaan atau ujian dari Allah swt.<br /><br />“<span style="font-style:italic;">Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Kapankah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”</span> (Q.S.Al-Baqarah [2]: 214)<br /><br />Ucapan Fir’aun yang mengakui tiada Tuhan selain Allah tidak diterima karena ia tidak mempunyai waktu lagi untuk membuktikan keimanannya.<br /><br />Jadi, jelas, mengucap syahadat saja tidak cukup untuk meraih surga. Selama ini saya pun terkadang ringan melakukan dosa karena merasa telah menggenggam jaminan surga walau harus membersihkan dosa terlebih dahulu di neraka. Kini saya sadari bahwa itu keliru. Ternyata pemahaman seperti itu pernah muncul pada jaman Nabi Muhammad saw., tapi dibantah oleh Allah melalui firman-Nya dalam Alquran.<br /><br />(80). <span style="font-style:italic;">Dan mereka berkata,’”Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja”.’Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (81). (Bukan demikian), yang benar: Barang siapa berbuat dosa & ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”</span> (Q.S. Al Baqarah [2]: 80-81)<br /><br />Bagi kita yang sudah terlalu banyak berbuat dosa, jangan putus harapan. Selagi nafas masih dikandung badan, Allah menyediakan dua fasilitas berupa maghfirah (ampunan) yang besar dan kaffarah (tutupan) yg akan menghapus seluruh dosa-dosa kita, tidak peduli sebesar apa dosa itu. Syaratnya hanya dua: memohon ampun dan bertaubat. Kita tidak cukup hanya memohon ampun, tetapi mesti bertaubat. Ada perbedaan antara mohon ampun dengan taubat. Untuk lebih jelasnya, silakan baca buku saya yang berjudul Allah pun Taubat.<br /><br />Mari kita pergunakan kesempatan yang masih tersisa ini. Jangan menunda taubat karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Jika malaikat maut datang menjemput sementara kita belum sempat bertaubat, yg tersisa ialah penyesalan. Sebuah penyesalan yg sangat besar karena kita akan memasuki api neraka untuk selama-lamanya.<br /><br />(dikutip dari buku ALLAH pun TAUBAT)Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-84050013808048555892011-02-10T19:00:00.000-08:002013-07-16T12:41:59.622-07:00Kiat Masuk Surga Tanpa Mampir di Neraka<a href="http://3.bp.blogspot.com/-ZQoNr-iv7_c/TVSnoOKI6YI/AAAAAAAAADg/l5tw77Th5Jw/s1600/surga.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5572262948401375618" src="http://3.bp.blogspot.com/-ZQoNr-iv7_c/TVSnoOKI6YI/AAAAAAAAADg/l5tw77Th5Jw/s320/surga.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 262px;" /></a><br />
Ada sebuah kabar gembira dari Allah swt. yg harus saya sampaikan. Kabar gembira tersebut adalah:<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka dia berada dalam kehidupan yang diridai.</span>” (Q.S. Al Qoriah: 6-7)<br />
<br />
Di manakah kehidupan yang diridai tersebut? Dalam Alquran diterangkan bahwa kehidupan yang diridai adalah surga.<br />
<br />
(21). <span style="font-style: italic;">Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (22). Dalam surga yang tinggi.</span> (Q.S. Al-Haqqah [69]: 21-22)<br />
<br />
Kemudian Allah mengulangi kembali pesan atau kabar gembira ini.<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Timbangan pada hari itu ialah kebenaran. Maka barang siapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung</span>.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 8)<br />
<br />
Sedemikian pentingnya pesan ini hingga Allah swt. mengulanginya sebanyak 3 kali.<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.</span>” (Q.S. Al-Mukminun [23]: 102)<br />
<br />
Lebih jelasnya, dalam Surat Al-Mujaadilah (58) ayat 22, Allah menyediakan surga bagi orang-orang yang diridai-Nya sehingga mereka termasuk golongan orang-orang yang beruntung.<br />
<br />
“...<span style="font-style: italic;">Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa rida terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.</span>” (Al-Mujaadilah [58]: 22)<br />
<br />
Dalam perdagangan, orang yang beruntung ialah mereka yang pemasukannya lebih banyak dari pengeluaran. Dalam bahasan kita kali ini, orang yang beruntung ialah orang yang lebih banyak kebaikan daripada keburukannya. Jika seseorang harus masuk ke neraka dulu untuk membakar dosa-dosanya, tentu ia tidak bisa dikatakan sebagai orang yang diridai Allah dan beruntung.<br />
<br />
Jadi, kabar gembiranya ialah ternyata tidak hanya para nabi yang bisa langsung masuk surga. Kita pun bisa langsung masuk surga tanpa harus mampir ke neraka asalkan kebaikan (pahala) lebih banyak dari keburukan (dosa).<br />
<br />
Namun, kemudian muncul sebuah pertanyaan, bukankah orang yang berat timbangan kebaikannya tetap saja masih mempunyai dosa yang harus dipertanggung-jawabkan walaupun sedikit? Jawabannya ada pada Alquran,<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan. Itulah hari ditampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barang siapa yg beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.</span>” (Q.S. At Taghabun [64]: 9)<br />
<br />
Allah akan menutupi kesalahan-kesalahan kita karena keimanan serta amal saleh yang kita kerjakan. Jadi, bukan dimasukkan ke neraka dahulu untuk membersihkan dosa-dosa baru kemudian masuk surga. Semua orang mempunyai kesalahan tetapi orang yang beriman dan beramal saleh tidak akan diseret ke neraka karena mereka telah dibersihkan dari dosa.<br />
<br />
"<span style="font-style: italic;">Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa).</span>" (Q.S. As Shaffat [37]: 127-128)<br />
<br />
Menurut ayat tersebut, dosa tidak dibersihkan di neraka. Orang yang beranggapan bahwa semua orang akan masuk neraka untuk membersihkan dan mempertanggungjawabkan dosanya, mendasarkan pendapatnya pada Alquran surat Maryam,<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Dan tidak ada seorang pun dari kamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.</span>” (Q.S. Maryam [19]: 71)<br />
<br />
Padahal jika mereka teliti, ada pengecualian di ayat berikutnya yaitu ayat 72,<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.</span>” (Q.S.Maryam [19]: 72)<br />
<br />
Yang dimaksud “kamu” pada Surat Maryam ayat 71 bukan semua manusia karena ada pengecualian bagi orang-orang yang dibersihkan Allah. Penjelasan ayat tersebut ada di ayat lainnya,<br />
<br />
" <span style="font-style: italic;">Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan, Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu,Yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan,Di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan." </span>(Q.S.Ash Shaffaat [37]: 38-43)<br />
<br />
Jadi, dosa tidak dibersihkan di neraka. Lalu, dengan apa Allah membersihkan kita dari dosa? Allah akan menghapus dosa dengan kebaikan yang pernah kita kerjakan asalkan kebaikan lebih banyak dari keburukan sehingga mencukupi untuk menghapus semua dosa tersebut.<br />
<br />
“.<span style="font-style: italic;">...Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.</span>” (Q.S. Huud [11]: 114)<br />
<br />
Misalnya kita mempunyai timbangan kebaikan 70 dan timbangan keburukan 20. Maka, keburukan kita akan dihapus oleh kebaikan yang kita miliki. Dosa 20 dikurangi pahala 70. Hasilnya tidak ada lagi sisa dosa, sedangkan sisa pahala tinggal 50. Jadilah kita sekarang bersih dari dosa dan masih memiliki tabungan 50 kebaikan. Dengan begitu wajarlah jika kita bisa langsung masuk surga tanpa harus terjerumus ke neraka karena kita tidak memiliki sisa keburukan sedikit pun.<br />
<br />
Kenikmatan surga bagi orang yang punya sisa pahala 50 akan berbeda dengan seseorang yang mempunyai sisa pahala 5.000. Bisa jadi mereka tinggal di surga yang sama, namun rasa atau kenikmatannya berbeda-beda. Seperti halnya kita tinggal di bumi yang sama namun masing-masing merasakan kenikmatan yang berbeda-beda.<br />
<br />
Di sebuah rumah makan, beberapa orang menyantap hidangan yang sama tetapi setiap orang merasakan kenikmatan yang berbeda. Ada yang kepedasan, keasinan dan ada pula yang kemanisan. Ada orang yang tinggal di rumah mewah tapi tidak bahagia karena tidak bersyukur. Namun, ada orang yang tinggal di rumah yang sederhana dan bahagia karena pandai bersyukur. Setiap orang mempunyai derajat yang berbeda-beda di dunia dan akhirat sesuai dengan amal salehnya.<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. </span>(Al-An’am [6]: 132)<br />
<br />
Allah telah menyediakan empat surga bukan tujuh seperti yang kita pahami selama ini.<br />
<br />
(46). <span style="font-style: italic;">Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga</span>.<br />
(62). <span style="font-style: italic;">Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. </span>(Q.S. Ar Rahman [55]: 46 dan 62)<br />
<br />
Ada yang bertanya, bagaimana jika timbangannya seimbang? Kebaikan dan keburukannya sama banyaknya. Jawabnya, Allah tidak akan memungkinkannya karena tidak ada keterangan dalam Alquran dan Hadis. Selain itu, dari berjuta kejadian yang kita alami dari lahir hingga meninggal dunia, kecil sekali kemungkinan untuk seimbang. Kalaupun ada yang seimbang maka Allah Maha Mengetahui dimana dia ditempatkan.<br />
<br />
Semoga tulisan ini dapat memotivasi kita untuk terus mengejar bola-bola kebaikan dimana saja demi meraih piala surga.<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.</span>” (Q.S. Al-Hadiid [57]: 21)<br />
<br />
Ada yang berkata, “Kita hendaknya beribadah hanya mengharap keridaan Allah bukan pahala dan surga. Jika kita beribadah karena mengharap pahala dan surga, berarti ibadah kita tidak ikhlas karena masih mengharap pamrih.”<br />
<br />
Selintas kalimat itu terdengar benar dan indah tetapi ternyata tidak demikian. Pahala dan surga serta keridaan Allah merupakan satu paket yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah menyuruh kita berlomba-lomba meraih piala surga. Jika kita tidak peduli dengan pahala surga sama artinya kita tidak peduli dengan perintah Allah tersebut.<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Sesungguhnya (surga) ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja</span>” [QS. Ash shaffaat (37) :60-61]<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (syurga). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya). Laknya adalah kesturi; Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba</span>”. [Al Mutaffifin (83):26]<br />
<br />
Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di buku saya yang berjudul ”ALLAH pun Taubat” bab "Kiat Masuk Surga Tanpa Mampir di Neraka". BUku bisa dipesan di nomor saya : 081806200078 / 08117200078. Harga Rp.60.000 (bebas ongkos kirim).Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-288798355222658882011-02-10T18:57:00.000-08:002011-02-10T18:59:34.139-08:00Kerancuan dalam memandang poligamiAda seorang ustadz bertanya kepada jemaah pengajiannya, “Ibu-ibu setuju tidak dengan poligami?” Spontan ibu-ibu menjawab, “Tidaaaaak!” Salah seorang di antara para ibu itu kemudian nyeletuk, “Mana ada perempuan yang mau dipoligami!”.<br /><br />Dan ustadz itu pun berkata, “Lo, poligami itu bagian dari syariat Islam. Kalau ibu-ibu tidak setuju, berarti ibu-ibu menolak syariat Islam”. Ucapan itu dilanjutkan dengan berbagai peringatan dan ancaman bagi orang-orang yang tidak setuju dengan hukum Allah.<br /><br />Bagi saya, pertanyaan “setuju atau tidak dengan poligami” sangat rancu atau bias. Sebab, kalimat ini merupakan pertanyaan bersayap yang menimbulkan berbagai penafsiran sehingga membutuhkan keterangan lebih lanjut.<br /><br />Jika yang dimaksud setuju dengan poligami adalah setuju dipoligami atau dimadu, tidak ada perempuan yang mau atau setuju dimadu. Kalaupun ada perempuan yang mau dimadu, itu karena ada kondisi tertentu yang membuat mereka mengambil keputusan tersebut.<br /><br />Saya yakin ketika menikah mereka tidak punya keinginan untuk berbagi suami. Karena itu, jawaban menolak dipoligami (dimadu) ialah jawaban yang wajar. Jika para suami boleh mengajukan poligami, Ternyata di Alquran, para istri juga diperbolehkan mengajukan negosiasi. Jika negosiasi atau musyawarah ini tidak berhasil, sang istri boleh memilih bercerai. Keputusan mereka untuk memilih bercerai daripada dimadu tentu sah-sah saja dan tidak bisa dianggap sebagai menyalahi syariat. Sebab itu, bersedia atau tidaknya seorang istri untuk dimadu tidak bisa dikaitkan dengan kualitas keimanan atau kesabaran mereka.<br /><br />Lantas, Jika yang dimaksud setuju dengan poligami ialah setuju dengan adanya praktek poligami, jawabannya ialah poligami adalah mubah (boleh). Kita tidak bisa melarang atau mengharamkan praktek poligami hanya karena kita tidak mau dimadu. Sebab, pada kenyataannya, ada perempuan yang bersedia dimadu walaupun mungkin hati kecilnya tidak rela.<br /><br />Hukum poligami hampir mirip dengan perceraian. Misalkan ada pertanyaan : “Apakah ibu-ibu setuju perceraian?” Jika yang dimaksud pertanyaan itu adalah setuju dicerai, tidak ada seorang perempuan pun di awal pernikahannya yang punya keinginan untuk dicerai. Kalaupun dalam perjalanan pernikahannya ada perempuan yang ingin bercerai, itu karena kondisi tertentu yang membuatnya mengambil keputusan tersebut.<br /><br />Jika yang dimaksud pertanyaan tersebut adalah apakah setuju dengan adanya praktek perceraian, jawabannya ialah kita tidak bisa melarang atau mengharamkan perceraian karena perceraian adalah hal yang boleh ditempuh ketika sudah tidak ada titik temu antara suami dan istri.<br /><br />Jadi, jika ada perempuan yang mengatakan “saya tidak setuju poligami”, harus diperjelas lebih dahulu apakah maksud pernyataannya tersebut adalah “tidak setuju dipoligami” atau “tidak setuju dengan adanya praktek poligami”.<br /><br />Semoga kita tidak bertindak gegabah seperti halnya penganut agama lain yang membuat peraturan baru (bid’ah) dengan mengharamkan perceraian karena melihat perceraian sebagai sesuatu yang negatif. Buruk atau tidaknya perceraian sangat tergantung dari kondisi. Jika sang suami berkelakuan sangat buruk dan tidak bisa berubah lagi, bisa jadi perceraian adalah jalan terbaik.<br /><br />Begitu pula dengan poligami. Kita tidak bisa mengharamkan poligami hanya karena menganggap poligami sebagai sesuatu yang tampak buruk. Baik atau tidaknya poligami juga tergantung dari kondisi.<br /><br />Jika para suami merasa mampu berbuat adil maka para ibu boleh mengingatkan suaminya akan ayat ini : “<span style="font-style:italic;">Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri-(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian....</span>” (QS.4:129). Tapi ayat ini bukan menjadi larangan untuk poligami. Hanya sebuah peringatan bahwa adil yang dimaksud dalam poligami bukan berdasarkan pada subjektifitas suami. Yang merasakan adil atau tidaknya adalah sang istri. Karena itu sang istri diperbolehkan mengajukan negosiasi untuk menentukan dimana letak keadilan tersebut. Jika negosiasi tidak berhasil, sang istri boleh memilih opsi perceraian.<br /><br />Perceraian bukanlah perbuatan yang dibenci oleh Allah jika dilakukan dengan baik-baik. Para istri jangan takut setelah bercerai tidak mendapat rizki karena setelah perceraian itu Allah akan memberikan karunia-Nya. “<span style="font-style:italic;">Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing mereka dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Mahabijaksana.</span>” (Q.S. An Nisaa [4]: 130). Tinggal sang suami berpikir mau maju terus atau mundur.<br /><br />Ada yang berpendapat bahwa jaman sekarang wanita lebih banyak dari laki-laki. Padahal dalam Alquran (ayat kauliyah) dikatakan bahwa : “<span style="font-style:italic;">Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan.</span>” (Q.S. An Naba’ [78]: 8). Dan ternyata menurut data BPS tahun 2005 (ayat kauniyah) jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia mempunyai perbandingan yang sama yaitu 1:1.<br /><br />Dan masih ada kerancuan-kerancuan lainnya dalam memandang poligami. Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di buku saya yang berjudul ”ALLAH pun Taubat” bab ”7 Kerancuan dalam memandang poligami”.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-41944225810032586142011-02-10T18:52:00.000-08:002011-02-10T18:57:02.939-08:00Shalat Khusyuk itu Mudah<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/-RHdNvZGHm28/TVSleLZQXcI/AAAAAAAAADY/H17pI3dZhlM/s1600/shalat-289x300.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 289px; height: 300px;" src="http://3.bp.blogspot.com/-RHdNvZGHm28/TVSleLZQXcI/AAAAAAAAADY/H17pI3dZhlM/s320/shalat-289x300.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5572260576837524930" /></a><br />Aku berlindung kepada ALLAH dari godaan setan yang terkutuk<br />Dengan nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Penyayang.<br /><br />ALLAH mengatakan, shalat mampu membuat kita tenang dan tentram. Selain itu shalat juga mampu mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. Jika kita belum bisa merasakan manfaat tersebut berarti ada yang ”salah” dengan shalat kita selama ini. Mungkin selama ini kita beranggapan, dengan shalat kita telah berbuat baik kepada ALLAH, padahal ALLAH menurunkan perintah shalat untuk manusia itu sendiri. ALLAH tidak membutuhkan shalat kita. Sudahkah shalat kita selama ini membawa pengaruh pada aktifitas dan kehidupan kita. Jika belum, maka sudah saatnya kita melakukan evaluasi terhadap shalat kita selama ini.<br /><br />Masalahnya banyak diantara kita yang merasa shalat khusuk itu sulit. Dalam Alquran, ada 4 kiat shalat khusyuk. Tapi saya tidak akan menunjukkan ayat-ayatnya. Karena ini adalah ayat-ayat mutasyabihat. Terlalu panjang jika saya harus membahasnya disini. Agar lebih efektif saya akan langsung membahasnya pada tataran praktek. Jika ingin mengetahui ayat-ayatnya silahkan bersabar karena Insya ALLAH saya akan mengikat ilmu ini di buku saya yang ke-4. Insya ALLAH.<br /><br />Kiat khusyuk pada tingkat pertama menurut Alquran, adalah dengan konsentrasi mengingat ALLAH. Di alquran dituliskan, ini adalah cara yang ”paling berat”. Inilah yang sering diajarkan pada kita selama ini. Cara yang kedua adalah dengan meminta tolong kepada ALLAH. Biasanya kita akan khusyuk jika kita sedang dililit masalah dan kita minta dengan sangat agar ALLAH menolong kita. Jika cara yang pertama disebutkan ”paling berat”, maka cara yang kedua ini menurut Alquran tingkat kesulitannya turun menjadi sekedar ”berat” saja. Kita tidak akan membahas yang susah. Kita cari yang mudah saja.<br /><br />Menurut ALLAH dalam Alquran, Jika ingin cara yang mudah, maka kita pakai cara yang ke-3. Caranya dengan menyadari bahwa ketika shalat kita sesungguhnya sedang berhadapan dengan ALLAH Sang Penguasa Alam semesta. Dengan kesadaran itu, hati kita akan tunduk (khyusuk). Disinilah arti pentingnya sebuah niat dalam shalat. Sebelum takbiratul ihram, kita harus tanamkan niat dalam diri kita bahwa kita akan dan sedang menghadap ALLAH swt. Jika niat dan kesadaran ini terlewatkan, kita tidak akan mampu untuk kyusuk. Karena itu kita disunahkan untuk membaca ”inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamaawaati wal ard haniifa wama ana minal musyrikin” artinya ” Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS.6:79).<br /><br />Kini kita masuk pada cara yang ke-4. Sebuah cara yang menurut saya ”paling mudah”. Kenapa paling mudah? Karena menurut Alquran, dengan cara ini kita bukan berusaha untuk khyusuk tapi ALLAH yang akan menurunkan rasa khusyuk dalam diri kita. Caranya dengan mengambalikan seluruh ”milik kita” kepada ALLAH swt. Dalam Alquran disebut dengan istilah ”sabar”. Pada saat itu, kita serahkan jiwa, raga, harta dan keluarga pada ALLAH. Kita ikut apapun kehendak ALLAH. Karena itu pada saat shalat kita disunahkan untuk membaca ”inna shalaati wa nusuuki wamahyaaya wa mamaati lillahi rabbil ’alamiin” artinya ”<span style="font-style:italic;">Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam</span>”. (QS.6:162).<br /><br />Katakan pada ALLAH (dalam hati) : Ya ALLAH, kuserahkan seluruh hidup dan matiku untuk-Mu. Jiwa dan ragaku untuk-Mu. Kukembalikan seluruh harta dan keluarga kepada-Mu. Aku ikhlas atas semua kehendak-Mu padaku. Apapun kejadian dan musibah yang menimpa diriku, aku ikhlas ya ALLAH, aku ridha. Yang penting jangan Engkau berpaling dariku”.<br /><br />Mari kita praktek : Ingatlah sebuah musibah atau kejadian yang membuat kita sedih atau marah. Misalkan, ada barang kesayangan yang hilang atau keluarga yang meninggal. Katakan pada ALLAH : Ya ALLAH, jika ini memang kehendak-Mu, aku ikhlas ya ALLAH, aku rela. Tidak ada sedikitpun dalam diriku rasa berat melepaskan semua itu. Karena semua itu milik-Mu. Aku kembalikan semuanya kepada-Mu. Bahkan bila saat ini Engkau menginginkan ruh ini kembali pada-Mu. Aku ikhlas menyerahkannya pada-Mu saat ini juga.<br /><br />Rasakan... apakah ada kesejukan yang mengalir dalam hati kita? Jika ada, itulah kekhusyukan yang ALLAH alirkan dalam diri kita. Jika belum terasa, mungkin kita belum sepenuh hati menyerahkan semuanya kepada ALLAH.<br /><br />Jika kita sudah ”mau” berkata dan berlaku seperti itu, maka menurut Alquran, ALLAH akan menurunkan kekhusyukan dalam diri kita. Shalat jadi nikmat. Durasi khyusuk bisa menjadi panjang. Bahkan setelah shalat pun, hati kita akan berdesir mendengar nama ALLAH disebut. Dada kita akan begetar mendengar lantunan ayat-ayat ALLAH.<br /><br />Dalam ayat lain disebutkan, jika kita ”mau” bersikap demikian maka ALLAH akan ”memakai” jiwa dan raga kita untuk melaksanakan kehendak-Nya di muka bumi. Di ayat lain diterangkan, orang yang seperti itulah yang disebut sebagai waliyullah (walinya ALLAH).<br /><br />Dampaknya, kita akan menjadi lebih bersemangat dan kreatif. Diterangkan pula dalam Alquran, kemampuan kita akan bertambah menjadi 2 sampai 10 kali lipat dibandingkan biasanya. Kita tidak akan pernah takut dan khawatir kepada siapapun karena yakin ALLAH bersama kita. Tenang dalam bersikap dan jernih dalam berfikir. Hati jadi lapang. Tidak ada dengki, tidak ada stres. Hidupnya akan penuh dengan cahaya.<br /><br />Oh ya, jika kita belum bisa pasrah sepenuhnya kepada ALLAH, jangan khawatir. Ada sebuah kiat pamungkas dari ALLAH dalam Alquran. Kata ALLAH, kita tidak akan bisa sabar atau pasrah kepada ALLAH jika tidak ditolong oleh-Nya. Karena itu di ayat lain ada kiat agar kita mendapat pertolongan dari ALLAH yaitu dengan berdoa memohon kepada ALLAH. Dalam Alquran, ALLAH mengajarkan sebuah doa yang bagus sekali : ”Ya ALLAH tanamkan dalam diri kami kesabaran, Ajari kami untuk bisa selalu ingat kepada-Mu. Ajari kami untuk bisa senantiasa bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan kepada kami. Tuntun kami untuk bisa beribadah dan beramal sholeh dengan baik dan benar sesuai dengan yang Engkau ridai”.<br /><br />Semoga tulisan ini bisa senantiasa mengingatkan kita terutama saya, karena saya pun terkadang lupa dengan hal ini. Saya ingin mencontoh Nabi Muhammad saw. Bukan bermaksud sombong tapi hanya sekedar testimoni akan kebenaran ayat Alquran : Secara bertahap saya belajar shalat malam dengan membaca 1 juz Alquran. Durasinya biasanya 1 jam. Dengan memakai kiat dari Alquran tersebut, 1 jam berlalu tanpa terasa. Dampaknya, setelah shalat subuh, saya alhamdulillah bisa memahami Alquran dengan jernih dan terang. Seakan-akan ALLAH menanamkan Alquran dalam dada kita.<br /><br />Mungkin masing-masing dari kita mempunyai pengalaman dan rasa yang berbeda-beda. Sehingga kita bisa saling berbagi.<br /><br />Walhamdulillahi rabbil ’alamin.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-36422015989472308332009-08-19T17:42:00.001-07:002009-08-19T17:42:41.296-07:00Bidadari surga-KuMalam itu aku bermimpi bertemu seorang akhwat berjilbab. Dia baru saja keluar dari sebuah kelas. Sepertinya dia baru saja mengikuti pelatihan atau pengajian. Parasnya cantik, tapi yang lebih mengesankan adalah aura wajahnya yang bercahaya. Secara tiba-tiba dia kemudian menyodori aku Al-Quran seraya menyuruhku membuka Surat Azzukhruf ayat 70. Aku pun bertanya kembali untuk meyakinkan pendengaranku. Dengan tegas dia menjawab “Ya, Surah Azzukhruf ayat 70”. Aku pun bergegas membuka mushaf Alquran yang diberikannya. Tapi entah mengapa tiba-tiba huruf-huruf dalam alquran menjadi kotak-kotak. Aku pun tidak bisa membacanya. Kemudian dalam mimpi itu aku tersadar bahwa sesungguhnya aku saat ini sedang bermimpi. Aku tahu untuk bisa membaca Al-Quran itu aku harus bangun dari mimpi ini. Aku pun kemudian memasrahkan diri kepada ALLAH. Sejenak kemudian, aku pun terbangun. Aku langsung mengambil Al-Quran yang ada di sebelahku. Aku buka Surat Azzukhruf : 70. Isinya adalah : “Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan". Subhanallah! Siapakah wanita sholeha itu? Aku berusaha mengingat-ingat kembali wajahnya tapi tidak juga berhasil.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-23568003054226032852009-08-19T17:20:00.000-07:002009-08-19T17:32:12.591-07:00"DUNGU"<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CBudi%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Verdana; panose-1:2 11 6 4 3 5 4 4 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:536871559 0 0 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal"><span lang="SV" style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p style="text-align: left;" class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;color:black;" lang="SV" ><span style="font-family: arial;">Diruang kuliah, seorang dosen senior sedang memarahi mahasiswanya:</span>
<br /><span style="font-family: arial;">Dosen : "menjawab saja tidak becus, eh malah bercanda dan ngobrol seenaknya. Sekarang sia-sia disini, yang merasa dungu BERDIRI !!!! " sang dosen membentak.</span>
<br /><span style="font-family: arial;">Beberapa menit suasana hening. Tiba-tiba dari bangku belakang seorang mahasiswa berdiri.</span>
<br /><span style="font-family: arial;">Dosen : " Jadi kamu yakin betul, kamulah si dungu itu ??? "</span>
<br /><span style="font-family: arial;">Mahasiswa : " Bukan begitu pak, saya cuma tidak tega melihat Bapak berdiri sendiri."</span><o:p></o:p></span></p> Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-30075156715118490712009-03-14T11:30:00.000-07:002009-03-14T11:32:31.703-07:00Mimpi Meraih KemenanganKembali aku bermimpi indah. Aku bermimpi melihat umat islam terpecah dalam dua kelompok. Kedua kelompok tersebut saling berperang hingga suatu ketika ada seorang pemuda yang mendamaikan kedua kelompok tersebut. Dia menyadarkan umat Islam bahwa musuh sesungguhnya adalah orang-orang kafir yang berusaha memecah belah orang-orang yang beriman.<br /><br />Kemudian, pemuda itu berhasil menyatukan kedua kelompok tersebut dan memimpin mereka melawan orang kafir yang sesungguhnya yaitu orang yang berusaha memerangi umat beriman karena tidak senang melihat persatuan umat beriman.<br /><br />Dengan gagah berani dan tidak kenal takut, dia memimpin umat Islam maju ke medan perang dan akhirnya berhasil menghancurkan kekuatan orang-orang kafir. Pemuda itupun kemudian menaiki sebuah gedung tertinggi tempat pemimpin orang kafir berada. Satu persatu dia menaiki tangga hingga sampai di ruangan paling atas. Dijumpainya pemimpin orang kafir tersebut sedang bersama istri dan dua orang anaknya yang ketakutan hingga bersembunyi di bawah meja. Aku ingat sekali Pemuda itu berkata ”Aku tidak akan menyakiti kalian asalkan kalian menyerah. Jangan takut, Aku akan menjamin keselamatan kalian asalkan kalian berhenti memerangi kami.”<br /><br />Aku kenal sekali pemuda itu, karena pemuda itu adalah....<br /><br />Besoknya aku ikut pengajian dan kebetulan temanya adalah ”Meraih Kemenangan Islam”.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-89000517187824510632009-03-14T11:28:00.000-07:002009-03-14T11:29:25.532-07:00Mimpi bertemu Nabi Muhammad sawDiantara mimpi-mimpiku selama ini tersebut tidak ada yang mengalahkan indahnya mimpi bertemu Nabi Muhammad. Dalam mimpi tersebut aku melihat Nabi Muhammad sedang memberikan khutbah kepada para sahabat. Beliau berdiri membelakangi sebuah pohon kurma. Menurut buku yang aku baca, masjid pada jaman Nabi Muhammad dibatasi oleh pohon kurma. Aku hanya bisa menatap beliau dari luar masjid bersama salah seorang sahabatku. Ketika itu aku hanya bisa berucap ”Eh, itu kan Rasulullah!” selebihnya hanya tangisan bahagia melihat wajahnya yang bercahaya. Parasnya yang gagah dan kokoh. Matanya yang hitam dan tajam. Sampai sekarang pun setiap aku mengingat perjumpaan itu, perasaan ini selalu membuncah karena terharu.<br /><br />Mulanya ku tak percaya manusia sehina ini bisa bermimpi bertemu dengan beliau hingga esoknya ketika aku sedang membersihkan ruangan, aku menemukan sebuah buku sejarah Nabi Muhammad. Segera aku buka halaman yang menerangkan ciri-ciri Nabi Muhammad. Subhanallah, mirip sekali dengan yang aku lihat dalam mimpiku.<br /><br />Pada mulanya aku tidak tahu apa maksud mimpi tersebut. Kini ku tahu Rasulullah hendak menunjukkan bagaimana menggunakan ”cara” itu demi kemajuan ummat. Sebuah cara sederhana tapi terabaikan. Sebuah cara yang sudah dirancang oleh ALLAH SWT untuk meneguhkan keimanan umat muslim. Namun, aku belum bisa melakukannya. Aku belum siap. Aku pun meminta bukti dari ALLAH jika aku sudah siap. Aku minta dikirimkan awan yang ada lubang di tengahnya. Suatu hari, sepulang dari sholat subuh, aku melihat awan itu. Gumpalan awan yang melingkar. Hingga kemudian tawaran itu datang. Insya ALLAH aku sudah siap.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-33973168006106078182009-03-14T11:27:00.001-07:002009-03-14T11:27:51.713-07:00Mimpi KiamatAku pernah bermimpi terjadi kiamat. Tiga kali. Pertama, aku lihat matahari terbit dari Barat. Aku lantas tersungkur sujud menyesali semua dosa-dosaku. Aku berkata ”jangan sekarang Ya Allah. Aku belum siap. Aku belum sempat bertaubat”. Kedepan, kalimat ini akan menjadi salah satu tema tulisanku.<br /><br />Mimpi kiamat kedua berupa gempa bumi yang memporakporandakan semua bangunan.<br />Beberapa hari kemudian terjadi gempa di Iran dimana 50.000 orang tewas.<br /><br />Mimpi ketiga aku melihat gelombang laut yang dahsyat menerjang dan menghancurkan semua yang dilaluinya. Beberapa minggu kemudian terjadi tsunami di Aceh yang menewaskan 100 ribu orang.<br /><br />Oh ya, sebelum ketiga mimpi tersebut. Aku pernah bermimpi berada dalam sebuah rumah yang terbakar. Aku lihat mayat-mayat hangus terbakar. Malamnya aku lihat berita terjadi bom Bali yang menghanguskan orang-orang di dalamnyaMuhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-47727555860077730762009-03-14T11:26:00.000-07:002009-03-14T11:27:03.872-07:00Aneh...Dalam hidupku terkadang muncul semacam keanehan atau keajaiban. Diawali ketika aku bermimpi bertemu Nabi Ibrahim. Beliau berpesan sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan.<br />Aku juga pernah -antara mimpi dan sadar- dikerubungi makhluk-makhluk yang mengerikan. Mereka mengelilingi tubuhku yang terbaring di tempat tidur. Pernah juga, pada suatu malam, ketika aku sedang tidur di masjid, aku merasakan ada sesuatu yang berusaha masuk ke dalam tubuhku dari kepala dan tertahan di dada. Kemudian sesuatu itu terdorong keluar oleh sebuah kekuatan dalam tubuhku. Dia keluar setelah tidak berhasil menguasai tubuhku. Akupun terbangun dan bergegas pergi dari masjid tersebut.<br /><br />Yang mengesankan adalah saat mimpi dibawa terbang ke tempat yang indah. Yang masih kuingat adalah sebuah jembatan yang indah diatas sungai yang indah dihiasi bunga-bunga berwarna-warni. Setelah itu aku pun berkunjung ke sebuah tempat. Kuingat betapa hawa panas dari tempat tersebut membangunkanku. Membuatku berkeringat.<br /><br />Lalu perjumpaanku di waktu malam dengan 4 makhluk aneh yang dipenuhi bulu sehingga tidak diketahui lagi mana depan dan belakang. Di sebuah buku yang pernah aku baca, makhluk tersebut mirip dengan makhluk dimana dajjal berada.<br /><br />Suatu malam ada secercah sinar seperti sinar laser muncul dihadapanku. Sebuah sinar yang menghanguskan kabel listrik di dekatnya.Membuatku ketakutan.Beberapa waktu kemudian sinar itu muncul kembali ketika aku sedang dalam perjalanan dari masjid setelah menunaikan sholat subuh.Aku tidak tahu sinar apa itu.<br /><br />Dalam beberapa tahun ini ditelapak tanganku muncul tanda seperti sebuah bintang. Aku bertanya kepada seorang teman yang sering meramal garis tangan, apakah dia pernah melihat seseorang yang memiliki tanda seperti itu telapak tangannya. (Aku tidak bertanya apa maksud garis tangan itu) Ia menjawab selama ini belum pernah ia melihat tanda seperti itu. Tanpa diminta ia berkata bahwa aku akan menjadi orang besar. Aku jadi teringat, dahulu ada seorang kiayi yang mengatakan hal yang sama sambil mengelus rambutku. Aku tidak percaya akan ramalan. Aku hanya percaya pada visi-ku untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Membuat semua orang di dunia ini saling berbagi dalam cinta dan kasih sayang.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-8636349722066149862009-03-14T10:19:00.001-07:002009-03-14T10:21:51.388-07:00"Buah yang bikin bingung"Tole dan Telo sedang bercakap-cakap, lalu tiba2 Tole nyeletuk,<br />Tole : lo,tau gak buah apa yang bikin lo bingung?<br />Telo : Wah, apa yah? gw gak kepikiran nih!<br />Tole : ya buah MELON.........<br />Telo : ha???kok bisa????????<br />Tole : iya, nah tuh kan! buktinya sekarang kamu bingung!!!!!hahahahaha........Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-73023289844100698732009-03-14T10:01:00.001-07:002009-03-14T10:01:35.364-07:00Indahnya bebas dari dengkiDi awal-awal perkuliahan dulu aku terbiasa naik angkot untuk pulang pergi dari rumah ke kampus. Suatu hari ketika sepulang kuliah aku diturunkan di tengah perjalanan karena tinggal aku seorang yang berada di dalam angkot. Ketika aku turun, kenek (pembantu sopir) menagih ongkos penuh. Tentu saja aku menolaknya karena sebelum aku naik sang sopir angkot ini bersedia mengantarkan aku sampai di depan rumah. Kenek itupun akhirnya hanya meminta ongkos setengah perjalanan (Rp. 500,-). Tapi tetap saja aku menolaknya. Sebenarnya bukan besar kecilnya uang yang aku permasalahkan tapi kesewenang-wenangan sopir yang seenaknya menurunkan penumpang di tengah jalan. Aku berpikir jika dibiarkan terus menerus mereka akan terbiasa dengan hal ini.<br /><br />Melihat aku menolak membayar ongkos, sopir dan keneknya menjadi marah. Mereka bahkan sempat mengancam aku. Aku berusaha untuk tetap tenang dan siap menghadapi kejadian terburuk. Sebenarnya dalam hati sempat khawatir juga. Untunglah mereka hanya menggertak saja. Akhirnya, mereka meninggalkan aku yang menahan gelegak emosi mendengar makian mereka.<br /><br />Sesampainya di rumah aku masih kepikiran dengan ucapan yang mereka lontarkan. Aku sempat berniat membuat perhitungan dengan mereka. Aku sampai tidak enak makan. Emosi ini terus terbawa hingga aku pun tak bisa tidur. Akibatnya kepalaku agak pusing. Mungkin tensi darahku naik gara-gara kejadian tadi siang.<br /><br />Kemudian aku pun berpikir, alangkah ruginya diriku membiarkan kejadian tersebut mampu memperkeruh suasana hatiku. Lalu bagaimana caranya agar kejadian tadi siang justru membuatku bahagia. Bagaimana caranya membuat nasi yang sudah menjadi bubur menjadi sebuah bubur yang enak dimakan. Caranya tambahkan bumbu-bumbuan dan daging ayam. Jadilah bubur ayam yang nikmat.<br /><br />Aku pun menggunakan cara yang sama untuk merubah kejadian tadi siang menjadi sesuatu yang bisa dinikmati bukan justru membiarkannya membuatku resah dan gelisah. Aku berpikir mungkin sopir dan kenek yang memaki-maki aku tadi siang sedang ada masalah sehingga berperilaku seperti itu. Akupun berdoa semoga mereka diberikan hidayah. Semoga mereka diberikan kelapangan rizki dan semoga mereka dilepaskan dari semua masalah. Setelah berdoa, aku merasakan hatiku menjadi lapang. Tak tersisa sedikitpun rasa dengki. Begitu ikhlas. Hingga akupun meneteskan air mata karena rasa sejuk yang merasuk dalam hatiku. Akhirnya akupun bisa tidur dengan tersenyum dan nyaman tanpa terganggu lagi oleh kejadian tadi siang.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-75826990238456665022009-03-14T09:55:00.000-07:002009-03-14T09:58:18.638-07:00"dek-dekan"kirun : coba tebak mobil apa yang buat jantung dek-dekan<br />Badrun : pasti mobil yang rusaklah<br />kirun : salah! yang bener yaa... mobilang cintalah !Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-36580539123387128992009-03-14T09:49:00.000-07:002009-03-14T09:51:40.219-07:00Jatuh Cinta Setiap HariCinta adalah satu kata yang takkan habis dibicarakan manusia. Ada banyak definisi tentang cinta, namun bisakah kita sepakat akan satu hal : Cinta sejati adalah ketika kita memberi atau berkorban kepada yang kita cintai bukan meminta atau menuntut sesuatu darinya. Cinta sejati tak mengharap imbalan atau balasan. Ketika seseorang menuntut imbalan maka sesungguhnya ia sedang mencintai keinginannya sendiri yang ia harapkan peroleh dari orang yang ia cintai. Cinta sejati tidak terkotori oleh ambisi pribadi.<br /><br />Cinta sejati tidak didasarkan pada sesuatu yang bersifat sementara. Ia abadi tak lekang oleh zaman. Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia tidak didasari oleh wajah yang rupawan, harta yang melimpah atau perilaku yang menawan. Cinta sejati datang dari dalam (subjek) bukan dari luar (objek). Jika cinta datang dari luar, maka ia akan berubah mengikuti perubahan orang yang dicintai tersebut. Misal jika cinta didasari pada wajah yang rupawan maka ketika wajah berubah cinta pun berubah. Jika cinta didasari pada perilaku yang menawan maka ketika perilaku orang yang dicintai berubah cintapun akan berubah.<br /><br />Jika cinta datang dari dalam maka betapapun berubahnya seseorang yang dicintai tak akan mengubah cintanya. Betapapun ternyata orang yang dicintainya membencinya sekalipun tak akan mengurangi kadar cintanya. Cacian atau makian tak akan mampu mengurangi kadar cintanya.<br /><br />Jika cinta datang dari dalam diri maka cinta tak perlu dicari karena ia senantiasa hadir dalam diri. Karena cinta bukan datang dari luar maka ia tak akan kehabisan cinta. Hatinya telah dipenuhi oleh cinta. Ia akan jatuh cinta setiap hari kepada siapa saja, baik manusia, alam maupun makhluk Tuhan lainnya. Dialah penebar cinta. Dialah rahmat bagi alam semesta.<br /><br />Cinta sejati akan membuat orang yang jatuh cinta selalu berupaya memberikan yang terbaik kepada yang dicintainya bukan dengan menuntut atau meminta. Yang ada dalam pikirkannya bukan lagi dirinya tapi orang lain. Karena cinta adalah pengorbanan maka ia akan mengorbankan apapun demi yang ia cintai, termasuk nyawanya sekalipun. Begitulah kecintaan Nabi Muhammad terhadap umatnya. Hingga menjelang akhir hidupnya, bukan keluarganya yang ia khawatirkan tapi justru yang keluar dari lisannya adalah ummati...ummati...ummati...<br /><br />Oh Tuhan, saksikanlah betapa aku mencintai umatmu melebihi kecintaan pada diriku sendiri. Aku rela tersiksa asalkan mereka terbebas dari segala derita. Oh alangkah indahnya jika setiap orang bisa berbagi dalam cinta dan kasih sayang. Duhai Allah, betapa hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu. Pertemukanlah aku dengan orang-orang yang juga mencintai-Mu. Kekalkanlah ya Allah cintanya. Penuhilah hati ini dengan nur cahaya-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dadaku dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah dia dalam syahid di jalan-Mu. Sungguh hanya kepada-Mu lah kami menggantungkan harapan. Amin Ya Robbal Alamin.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-75496377639407662352009-03-14T09:42:00.000-07:002009-03-14T09:44:13.231-07:00"Kanker Hati "Seorang Pejabat yang bersih di vonis oleh dokter menderita kanker hati stadium 4 alias akut.Tetapi si pasien malahan senang bukan nya sedih,Dokter pun bingung lalu bertanya sbb:<br />Dokter :anda di vonis kena kanker hati,kok malah senang....?.<br />Poltak :tentu saja saya senang.<br />Dokter :kenapa...?.<br />Poltak :itu menandakan saya masih punya hati,entah pejabat pejabat lainnya...?.<br />Dokter :..............&&^^&&^$$####$...............Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-2215500859747151242009-03-14T09:39:00.001-07:002009-03-14T09:47:09.127-07:00Hampir saja aku terjatuh ke jurang kehinaanJika mengenang kembali masa-masa yang telah lalu, ada tiga kejadian yang hampir saja menjerumuskan aku ke jurang kehinaan. Pertama, ketika seorang istri tetangga menjebakku. Kejadian ini kalau tidak salah tahun 2000. Ceritanya bapakku punya beberapa rumah kontrakan. Ada sepasang suami istri yang masih muda ngontrak di dekat rumah. Istrinya kerap berpakaian seksi. Suatu hari ketika suaminya sedang bekerja, dia memanggilku untuk mengeluhkan listrik di kamarnya yang putus. Aku segera memeriksa bola lampu tersebut dan ternyata tidak ada yang putus.<br /><br />Setelah aku selesai memeriksa bola lampu tersebut, aku terkejut ketika pintu kamar sudah ditutup dan dia berdiri (mohon maaf) tanpa busana. Seketika itu juga naluri aku sebagai seorang laki-laki naik. Sejenak aku terkesima dan tak tahu harus berbuat apa. Dia mendekat dan aku pun berhasrat. Namun pada saat-saat genting itulah aku teringat Allah dan kemudian Allah pun menurunkan pertolongan-Nya.<br /><br />Aku berpikir jika menolaknya dengan kasar bisa jadi dia akan berperilaku seperti istri seorang pembesar Mesir yang menggoda nabi Yusuf. Tiba-tiba timbul pemikiran untuk mengelabuinya. Aku katakan padanya bahwa aku hendak membeli dua botol minuman ber-energi seperti kratingdeng. Dia setuju dan membuka pintu yang sebelumnya dia telah kunci. Aku langsung kabur pulang ke rumah. Dadaku masih terasa sesak dan pikiranku berkecamuk karena kejadian yang barusan aku alami.<br /><br />Aku lantas berdoa : “Ya Allah, seandainya bukan karena pertolongan-Mu, tentu aku saat ini sudah terjerumus ke lembah kehinaan. Karena itu aku mohon kepada-Mu agar menjauhkan dia dariku”. Besoknya ketika aku pulang kuliah. Aku mendengar kabar dari orangtuaku kalau sepasang suami istri yang telah dua tahun mengontrak tersebut pindah. Dan alhamdulillah sampai saat ini aku tidak pernah berjumpa dengan mereka lagi.<br /><br />Kedua, seorang wanita tak dikenal mencoba merayu aku. Kejadiannya sekitar tahun 2002. Setelah sholat isya aku berangkat dari rumah menuju komisariat HMI untuk mengatur strategi demonstrasi menjelang kedatangan Gus Dur di Lampung. Malam itu di angkot hanya ada 3 orang yaitu sopir angkot, aku sendiri dan seorang wanita ABG berambut panjang yang terlihat murung. Tanpa ditanya wanita itu bercerita kepadaku bahwa ia baru saja kabur dari rumah karena berantem dengan ibunya. Dia ingin pulang tapi tidak berani sendirian. Dia minta aku mengantarnya pulang karena rumahnya jauh. Dia takut sendirian karena malam-malam seperti itu jarang ada angkot yang menuju rumahnya. Aku berpikir berulang kali menimbang-nimbang permintaannya. Akhirnya aku putuskan untuk mengantarnya pulang sampai di rumah.<br /><br />Sesampainya di rumah, dia mempersilahkan aku masuk. Ternyata dia berdusta. Rumah itu bukan rumah keluarganya tapi kost-kosan. Dan tentu saja cerita berantem dengan ibunya dan kabur dari rumah hanyalah karangannya saja. Dia mengajakku masuk ke kamarnya dan menginap di sana. Tentu saja aku menolaknya. Kemudian dia minta no hp dan telpon rumah. Aku berbohong padanya dengan mengatakan aku tidak punya hp dan telpon rumah. Aku lekas-lekas berpamitan padanya. Lama-lama di sana membuatku sesak dada. Dia pun mengantarku sampai ke jalan dan memintaku agar sewaktu-waktu berkunjung ke kosannya kembali. Aku hanya mengiyakan saja padahal dalam hatiku aku berkata : “Datang ke sini cuma cari penyakit aja”.<br /><br />Ketiga, sebuah kejadian yang baru saja terjadi di bulan Mei 2008. Ada seorang pejabat yang meminta kepadaku mendampingi anaknya perempuannya yang terkena gangguan jin. Karena gangguan jin tersebut, anak tersebut tidak mau dekat-dekat dengan orang tuanya. Dia merasa seperti dikejar-kejar oleh jin. Dia tidak mau berobat jika tidak ditemani aku. Sebelumnya aku pernah berkenalan dengannya di sebuah acara pengajian dimana aku bertindak sebagai panitanya. Dia berumur 17 tahun. Berparas cantik dan berkulit putih bersih seperti Nurul Izzah, puteri Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia.<br /><br />Kami pun berangkat bersama orangtuanya menuju kiayi yang bisa menyingkirkan gangguan tersebut. Sepanjang perjalanan dia tidak mau lepas dari sisiku. Aku sebenarnya ragu dia terkena gangguan jin. Biasanya orang yang terkenan gangguan jin akan malas beribadah. Tapi dia justru sebaliknya. Sepanjang perjalanan setiap terdengar azan, dia minta berhenti untuk menunaikan sholat. Dia juga rajin bersedekah ke pengemis atau pembangunan masjid.<br /><br />Hari itu kami mengunjungi tiga tempat, tapi hasilnya belum kelihatan. Dia masih saja merasa dikejar-kejar oleh jin dan tetap tidak mau berpisah dari sisiku. Akhirnya setelah seharian penuh mengunjungi ketiga tempat tersebut, kami pun pulang ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Sesampainya di rumah dia tetap tidak mau pisah dari sisiku. Gawatnya dia tidak mau tidur jika tidak bersamaku. Aku tentu saja menolaknya, tapi orang tuanya justru menyarankan aku untuk menemaninya tidur di kamarnya yang mewah. Aku pun menuruti keinginannya tapi dengan syarat pintunya jangan ditutup.<br /><br />Seumur hidup baru sekali itu aku tidur berdua dengan seorang wanita yang bukan muhrim. Cantik lagi. Tentu saja aku tidak bisa tidur. Tapi lama kelamaan karena kecapekan akhirnya aku tertidur juga sambil mendekap Al-Quran. Aku berharap dengan Al-Qur’an itu, Allah akan menjagaku dari hal-hal yang “diinginkan”. Ketika subuh dia membangunkan aku untuk sholat subuh berjamaah. Kami pun sholat subuh berjamaah di kamarnya. Setelah sholat subuh aku tidur kembali. Aku terbangun karena mendengar suara gemericik air. Ternyata dia mandi di kamar mandi yang ada di kamarnya tersebut. Tapi yang membuat dadaku berdegup kendang adalah pintunya tidak dikunci tapi dibiarkan terbuka sedikit. Untunglah dia tidak sampai terlihat olehku. Aku pun segera bergegas keluar kamar demi menjaga dari “hal-hal yang diinginkan tadi”. Aku lantas melanjutkan tidur di kamar adiknya yang laki-laki. Dia pun berangkat sekolah. Sepulang sekolah, kami bersama orangtuanya berangkat lagi mengunjungi seorang kiayai yang diharapkan bisa mengusir gangguan tersebut. Dan alhamdulillah kini dia sudah kembali tenang dan diterima di sebuah PTN. Semoga Allah memberikan kebaikan pada setiap langkahnya. Amin.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-48282502961558649102009-03-14T09:35:00.000-07:002009-03-14T09:48:16.784-07:00Duh malunya...Sebagai seorang muslim aku merasa berkewajiban untuk ikut serta dalam mensosialisasikan ekonomi syariah. Suatu ketika, dalam rangka sosialisasi ekonomi syariah aku bermaksud bersilaturrahim dengan pemegang otoritas moneter di daerahku. Tapi untuk bertemu beliau aku tidak mungkin sendirian. Kemudian aku meminta tolong kepada dua pimpinan Bank syariah di daerahku untuk menemaniku bertemu dengan beliau. Alhamdulillah mereka bersedia. Seperti yang telah aku perhitungkan, mendengar dua pimpinan bank besertaku, pimpinan otoritas moneter itupun bersedia menerima kunjunganku. Pertemuan disepakati keesokan harinya jam 9 pagi.<br /><br />Besoknya jam 8.40 aku masih berada di rumah. Aku kelabakan karena motorku dipakai oleh bapak. Utunglah 5 menit kemudian bapakku datang. Waktu tinggal 15 menit lagi padahal perjalanan dari rumah ke Bank Indonesia memakan waktu 25 menit. Jika sampai telat aku merasa malu sekali dan tidak enak sekali dengan mereka. Padahal, aku yang mengusulkan pertemuan, tapi justru aku yang telat. Aku juga sudah merepotkan dua pimpinan bank syariah untuk menemaniku. Selama perjalanan aku hanya bisa berdoa semoga aku tidak telat.<br /><br />Tiba-tiba aku teringat bagaimana hubunganku selama ini dengan Allah. Untuk bertemu dengan pejabat saja aku merasa sangat malu dan tidak enak sekali jika telat walau hanya 10 menit. Tapi, selama ini aku tidak pernah merasa malu dan bersalah jika terlambat dalam memenuhi panggilan Allah. Bila azan tiba, aku tidak merasa bersalah mengulur-ulur waktu sholat. Betapa aku selama ini meremehkan panggilan-Nya.<br /><br />Tiba-tiba aku merasa malu sekali dengan-Nya. Perasaan ini begitu kuatnya sehingga mataku terasa panas menahan air mata agar tidak jatuh. Sesaat timbul sebuah pembelaan dalam diriku. Bukankah Allah menyediakan waktu sholat yang relatif panjang? Memang benar Allah mempunyai toleransi waktu kepada hamba-Nya, namun bukan berarti kita dengan mudah meremehkan panggilannya kan. Toleransi itu berlaku untuk kondisi darurat dan menangani urusan public. Jika hanya pekerjaan kantor yang tidak mendesak atau bahkan berbincang-bincang dengan teman tentu sepatutnya kita lebih bersuka cita dengan panggilan Allah. Dengan bekerja kita mohon diberikan rezeki dari Allah tapi justru dengan pekerjaan itulah kita melupakan Allah Sang Pemberi Rezeki.<br /><br />Selama ini kita merasa sholat sebagai sebuah beban yang harus dilakukan. Keengganan kita untuk segera melaksanakan sholat dikarenakan kita belum mengenal Allah dengan baik. Kemalasan kita bergegas memenuhi panggilan azan juga menandakan kita belum bisa merasakan nikmatnya sholat. Andaikan kita telah menganal Allah dengan baik dan mengetahui lezatnya sholat khusu’ tentu kita akan bersuka cita memenuhi panggilan azan. Bagaimana tidak? Dengan sholat kita bisa curhat, kita bisa “bersandar” pada Kebesaran Allah. Jika selama ini kita menyandarkan diri pada gelar dan jabatan. Maka dengan sholat kita disegarkan kembali dengan kenikmatan bersandar kepada Yang Maha Berkuasa. Semoga Allah memberikan saya ilmu dan kesempatan untuk bisa berbagi ilmu bagaimana nikmatnya curhat kepada-Nya.<br /><br />Kembali ke cerita di atas. Walaupun sudah ngebut di jalan aku pun masih telat 5 menit. Mereka bertiga sudah berbincang-bincang di ruangan pimpinan BI. Setelah pertemuan, aku sudah tidak sabar lagi menunggu sholat zuhur tiba. Tadi aku telah minta maaf kepada mereka bertiga karena datang terlambat, kini aku ingin segera meminta maaf kepada Allah atas keterlambatanku selama ini “menemui-Nya”. Sholat zuhur kali ini terasa sangat nikmat sekali. Sayang sekali sholat berjamaahnya terasa agak cepat padahal aku belum puas untuk “curhat”. Sholat ba’da Zuhur aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk menumpahkan semua perasaanku pada-Nya.<br /><br />Air mata ini rasanya tumpah tak terbendung lagi. Sambil terisak-isak aku “curhat” pada-Nya. “Duhai Allah, maafkan aku yang selama ini menduakan-Mu. Maafkan aku yang selama ini telah menyepelekan panggilan-MU. Duhai Allah, aku malu sekali pada-Mu. Aku malu sekali karena telah seringkali telat menjumpai-Mu. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa kepada-Mu. Duhai Allah, Jadikan hati ini menjadi hati yang dapat mengenal-Mu. Jadikan hati ini menjadi hati yang selalu sejuk mengingat-Mu. Hati yang cinta kepada-Mu. Hati yang selalu rindu ingin berjumpa dengan-Mu”.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-53896371428275672092009-03-14T09:23:00.000-07:002009-03-14T09:27:10.450-07:00Aku bahagia...Aku bahagia...<br />Aku bahagia karena telah menemukan kesejatian dalam hidup ini. Aku bahagia karena aku tahu kemana aku harus melangkah. Tidak ada yang bisa menghalangiku. Aku bahagia mendapat “ujian”. Bagiku tidak ada yang namanya musibah. Semua ujian ini adalah sebuah gurauan dari Tuhanku. Dia memang suka bercanda dan membuatku senantiasa tersenyum. Aku ingin berbagi kebahagiaan ini dengan semua orang. Aku ingin melihat mereka semua tertawa riang menikmati gelombang samudera kehidupan. Bagaikan seorang peselancar yang bermain-main di atas ombak besar. Riuh rendahnya peristiwa membuatku seperti anak kecil yang bermain ayunan. Kadang di atas kadang di bawah. Warna warni kehidupan membuatku terkagum-kagum. Betapa gerakan-Mu senantiasa mempesona. Aku ingin selalu di belakang-Mu menghadapi semuanya. Aku ingin menikmati nyamannya bersandar pada-Mu.<br /><br />Tapi aku sedih jika...<br />Aku sedih jika telah membuat-Mu berpaling dariku. Jika aku mulai menjauh dari-Mu, itulah musibah yang sesungguhnya. Aku sedih jika telah mengecewakan-Mu.<br /><br />Dan aku pun takut...<br />Aku takut karena aku tidak tahu dimana aku akan berakhir. Hanya ada dua pilihan, kekal di surga atau kekal di neraka (QS.2:80-82). Tidak ada pilihan ketiga. Setiap shalat, itulah yang selalu aku keluhkan pada-Mu. Aku meratap, memohon, menangis. Duhai Yang Maha Pengasih, tempatkan aku di tempat yang baik. Peliharalah aku dari kekalnya siksa neraka. Kepada siapa lagi aku mesti berharap selain hanya kepada-Mu.Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-56856078113804054822008-07-29T00:44:00.000-07:002009-03-14T09:34:00.143-07:00Fly...<span style="font-family:'Times New Roman';">Dulu waktu jaman SMU, seorang teman pernah menawarkan pil yang katanya bisa membawa kebahagiaan. Aku melihat raut wajahnya yang gembira seakan lepas dari derita. Namun aku tidak berani merusak otakku dengan pil durjana tersebut.<br /><br />Beberapa hari yang lalu, setelah mengikuti pelatihan sholat khusu' di Solo, aku berburu buku di Solo book fair. Di tengah keramaian aku mendengar lantunan ayat al-Quran dari MP3 yang dijual. Mendengar nama-Nya disebut, tiba-tiba perasaanku begitu gembira. Jari jemari serasa ingin menari-menari. Melayang-layang terbang ke angkasa. Rasanya Aku ingin tersenyum kepada setiap orang. Damai dan sejuk banget. sepertinya dadaku disiram oleh air es yang dingin. Nyesss... Tak terasa mata ini berkaca- kaca karena perasaan yang bersuka-cita.<br /><br />Mungkin perasaan itu pula yang dirasakan oleh orang-orang yang lagi sakau setelah menelan pil "koplo". Ternyata sakau itu nikmat dan dengan sholat yang khusu’ kita bisa "sakau" tanpa harus merusak otak dengan barang haram itu. </span>Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2454584747344248565.post-29672500258205346822008-07-29T00:38:00.000-07:002009-03-14T09:32:50.933-07:00aku iri ama Crisye...<p class="MsoNormal" style="MARGIN: 5pt 0in">aku iri ama Crisye...</p><p class="MsoNormal" style="MARGIN: 5pt 0in">Melihat tayangan televisi tentang berpulangnya Crisye, aku jadi ngerasa iri ama dia. Ibarat orang yang sedang antri menunggu giliran dipanggil untuk bertemu sang idola... Setiap kali orang lain yang dipanggil, aku selalu bertanya-tanya kapan giliran aku dipanggil oleh-Nya.</p><p class="MsoNormal" style="MARGIN: 5pt 0in">Aku bukannya bosan atau putus asa dengan kehidupan dunia ini...justru dunia ini terasa indah karena kasih- Nya. Aku juga sudah punya rencana sampai 30 tahun ke depan.<br /><br />Meskipun Aku setiap waktu bisa berdialog dengan-Nya. Walau setiap hari aku selalu merasakan "gerak-Nya”. Walau setiap hari 6 kali aku berduaan dengan-Nya. Namun...gak cukup. Aku ingin segera berjumpa dengan-Nya.<br /><br />Duhai Yang Maha Indah, jadikan hati ini menjadi hati yang dapat mengenal-Mu, hati yang cinta kepada-Mu, Hati yang rindu ingin berjumpa dengan-Mu.Amin.<br /></p><p class="MsoNormal" style="MARGIN: 5pt 0in"></p>Muhammad Faridhttp://www.blogger.com/profile/17271107783342574856noreply@blogger.com0