Sabtu, 14 Maret 2009

Hampir saja aku terjatuh ke jurang kehinaan

Jika mengenang kembali masa-masa yang telah lalu, ada tiga kejadian yang hampir saja menjerumuskan aku ke jurang kehinaan. Pertama, ketika seorang istri tetangga menjebakku. Kejadian ini kalau tidak salah tahun 2000. Ceritanya bapakku punya beberapa rumah kontrakan. Ada sepasang suami istri yang masih muda ngontrak di dekat rumah. Istrinya kerap berpakaian seksi. Suatu hari ketika suaminya sedang bekerja, dia memanggilku untuk mengeluhkan listrik di kamarnya yang putus. Aku segera memeriksa bola lampu tersebut dan ternyata tidak ada yang putus.

Setelah aku selesai memeriksa bola lampu tersebut, aku terkejut ketika pintu kamar sudah ditutup dan dia berdiri (mohon maaf) tanpa busana. Seketika itu juga naluri aku sebagai seorang laki-laki naik. Sejenak aku terkesima dan tak tahu harus berbuat apa. Dia mendekat dan aku pun berhasrat. Namun pada saat-saat genting itulah aku teringat Allah dan kemudian Allah pun menurunkan pertolongan-Nya.

Aku berpikir jika menolaknya dengan kasar bisa jadi dia akan berperilaku seperti istri seorang pembesar Mesir yang menggoda nabi Yusuf. Tiba-tiba timbul pemikiran untuk mengelabuinya. Aku katakan padanya bahwa aku hendak membeli dua botol minuman ber-energi seperti kratingdeng. Dia setuju dan membuka pintu yang sebelumnya dia telah kunci. Aku langsung kabur pulang ke rumah. Dadaku masih terasa sesak dan pikiranku berkecamuk karena kejadian yang barusan aku alami.

Aku lantas berdoa : “Ya Allah, seandainya bukan karena pertolongan-Mu, tentu aku saat ini sudah terjerumus ke lembah kehinaan. Karena itu aku mohon kepada-Mu agar menjauhkan dia dariku”. Besoknya ketika aku pulang kuliah. Aku mendengar kabar dari orangtuaku kalau sepasang suami istri yang telah dua tahun mengontrak tersebut pindah. Dan alhamdulillah sampai saat ini aku tidak pernah berjumpa dengan mereka lagi.

Kedua, seorang wanita tak dikenal mencoba merayu aku. Kejadiannya sekitar tahun 2002. Setelah sholat isya aku berangkat dari rumah menuju komisariat HMI untuk mengatur strategi demonstrasi menjelang kedatangan Gus Dur di Lampung. Malam itu di angkot hanya ada 3 orang yaitu sopir angkot, aku sendiri dan seorang wanita ABG berambut panjang yang terlihat murung. Tanpa ditanya wanita itu bercerita kepadaku bahwa ia baru saja kabur dari rumah karena berantem dengan ibunya. Dia ingin pulang tapi tidak berani sendirian. Dia minta aku mengantarnya pulang karena rumahnya jauh. Dia takut sendirian karena malam-malam seperti itu jarang ada angkot yang menuju rumahnya. Aku berpikir berulang kali menimbang-nimbang permintaannya. Akhirnya aku putuskan untuk mengantarnya pulang sampai di rumah.

Sesampainya di rumah, dia mempersilahkan aku masuk. Ternyata dia berdusta. Rumah itu bukan rumah keluarganya tapi kost-kosan. Dan tentu saja cerita berantem dengan ibunya dan kabur dari rumah hanyalah karangannya saja. Dia mengajakku masuk ke kamarnya dan menginap di sana. Tentu saja aku menolaknya. Kemudian dia minta no hp dan telpon rumah. Aku berbohong padanya dengan mengatakan aku tidak punya hp dan telpon rumah. Aku lekas-lekas berpamitan padanya. Lama-lama di sana membuatku sesak dada. Dia pun mengantarku sampai ke jalan dan memintaku agar sewaktu-waktu berkunjung ke kosannya kembali. Aku hanya mengiyakan saja padahal dalam hatiku aku berkata : “Datang ke sini cuma cari penyakit aja”.

Ketiga, sebuah kejadian yang baru saja terjadi di bulan Mei 2008. Ada seorang pejabat yang meminta kepadaku mendampingi anaknya perempuannya yang terkena gangguan jin. Karena gangguan jin tersebut, anak tersebut tidak mau dekat-dekat dengan orang tuanya. Dia merasa seperti dikejar-kejar oleh jin. Dia tidak mau berobat jika tidak ditemani aku. Sebelumnya aku pernah berkenalan dengannya di sebuah acara pengajian dimana aku bertindak sebagai panitanya. Dia berumur 17 tahun. Berparas cantik dan berkulit putih bersih seperti Nurul Izzah, puteri Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia.

Kami pun berangkat bersama orangtuanya menuju kiayi yang bisa menyingkirkan gangguan tersebut. Sepanjang perjalanan dia tidak mau lepas dari sisiku. Aku sebenarnya ragu dia terkena gangguan jin. Biasanya orang yang terkenan gangguan jin akan malas beribadah. Tapi dia justru sebaliknya. Sepanjang perjalanan setiap terdengar azan, dia minta berhenti untuk menunaikan sholat. Dia juga rajin bersedekah ke pengemis atau pembangunan masjid.

Hari itu kami mengunjungi tiga tempat, tapi hasilnya belum kelihatan. Dia masih saja merasa dikejar-kejar oleh jin dan tetap tidak mau berpisah dari sisiku. Akhirnya setelah seharian penuh mengunjungi ketiga tempat tersebut, kami pun pulang ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Sesampainya di rumah dia tetap tidak mau pisah dari sisiku. Gawatnya dia tidak mau tidur jika tidak bersamaku. Aku tentu saja menolaknya, tapi orang tuanya justru menyarankan aku untuk menemaninya tidur di kamarnya yang mewah. Aku pun menuruti keinginannya tapi dengan syarat pintunya jangan ditutup.

Seumur hidup baru sekali itu aku tidur berdua dengan seorang wanita yang bukan muhrim. Cantik lagi. Tentu saja aku tidak bisa tidur. Tapi lama kelamaan karena kecapekan akhirnya aku tertidur juga sambil mendekap Al-Quran. Aku berharap dengan Al-Qur’an itu, Allah akan menjagaku dari hal-hal yang “diinginkan”. Ketika subuh dia membangunkan aku untuk sholat subuh berjamaah. Kami pun sholat subuh berjamaah di kamarnya. Setelah sholat subuh aku tidur kembali. Aku terbangun karena mendengar suara gemericik air. Ternyata dia mandi di kamar mandi yang ada di kamarnya tersebut. Tapi yang membuat dadaku berdegup kendang adalah pintunya tidak dikunci tapi dibiarkan terbuka sedikit. Untunglah dia tidak sampai terlihat olehku. Aku pun segera bergegas keluar kamar demi menjaga dari “hal-hal yang diinginkan tadi”. Aku lantas melanjutkan tidur di kamar adiknya yang laki-laki. Dia pun berangkat sekolah. Sepulang sekolah, kami bersama orangtuanya berangkat lagi mengunjungi seorang kiayai yang diharapkan bisa mengusir gangguan tersebut. Dan alhamdulillah kini dia sudah kembali tenang dan diterima di sebuah PTN. Semoga Allah memberikan kebaikan pada setiap langkahnya. Amin.

Tidak ada komentar: