Sabtu, 14 Maret 2009

Duh malunya...

Sebagai seorang muslim aku merasa berkewajiban untuk ikut serta dalam mensosialisasikan ekonomi syariah. Suatu ketika, dalam rangka sosialisasi ekonomi syariah aku bermaksud bersilaturrahim dengan pemegang otoritas moneter di daerahku. Tapi untuk bertemu beliau aku tidak mungkin sendirian. Kemudian aku meminta tolong kepada dua pimpinan Bank syariah di daerahku untuk menemaniku bertemu dengan beliau. Alhamdulillah mereka bersedia. Seperti yang telah aku perhitungkan, mendengar dua pimpinan bank besertaku, pimpinan otoritas moneter itupun bersedia menerima kunjunganku. Pertemuan disepakati keesokan harinya jam 9 pagi.

Besoknya jam 8.40 aku masih berada di rumah. Aku kelabakan karena motorku dipakai oleh bapak. Utunglah 5 menit kemudian bapakku datang. Waktu tinggal 15 menit lagi padahal perjalanan dari rumah ke Bank Indonesia memakan waktu 25 menit. Jika sampai telat aku merasa malu sekali dan tidak enak sekali dengan mereka. Padahal, aku yang mengusulkan pertemuan, tapi justru aku yang telat. Aku juga sudah merepotkan dua pimpinan bank syariah untuk menemaniku. Selama perjalanan aku hanya bisa berdoa semoga aku tidak telat.

Tiba-tiba aku teringat bagaimana hubunganku selama ini dengan Allah. Untuk bertemu dengan pejabat saja aku merasa sangat malu dan tidak enak sekali jika telat walau hanya 10 menit. Tapi, selama ini aku tidak pernah merasa malu dan bersalah jika terlambat dalam memenuhi panggilan Allah. Bila azan tiba, aku tidak merasa bersalah mengulur-ulur waktu sholat. Betapa aku selama ini meremehkan panggilan-Nya.

Tiba-tiba aku merasa malu sekali dengan-Nya. Perasaan ini begitu kuatnya sehingga mataku terasa panas menahan air mata agar tidak jatuh. Sesaat timbul sebuah pembelaan dalam diriku. Bukankah Allah menyediakan waktu sholat yang relatif panjang? Memang benar Allah mempunyai toleransi waktu kepada hamba-Nya, namun bukan berarti kita dengan mudah meremehkan panggilannya kan. Toleransi itu berlaku untuk kondisi darurat dan menangani urusan public. Jika hanya pekerjaan kantor yang tidak mendesak atau bahkan berbincang-bincang dengan teman tentu sepatutnya kita lebih bersuka cita dengan panggilan Allah. Dengan bekerja kita mohon diberikan rezeki dari Allah tapi justru dengan pekerjaan itulah kita melupakan Allah Sang Pemberi Rezeki.

Selama ini kita merasa sholat sebagai sebuah beban yang harus dilakukan. Keengganan kita untuk segera melaksanakan sholat dikarenakan kita belum mengenal Allah dengan baik. Kemalasan kita bergegas memenuhi panggilan azan juga menandakan kita belum bisa merasakan nikmatnya sholat. Andaikan kita telah menganal Allah dengan baik dan mengetahui lezatnya sholat khusu’ tentu kita akan bersuka cita memenuhi panggilan azan. Bagaimana tidak? Dengan sholat kita bisa curhat, kita bisa “bersandar” pada Kebesaran Allah. Jika selama ini kita menyandarkan diri pada gelar dan jabatan. Maka dengan sholat kita disegarkan kembali dengan kenikmatan bersandar kepada Yang Maha Berkuasa. Semoga Allah memberikan saya ilmu dan kesempatan untuk bisa berbagi ilmu bagaimana nikmatnya curhat kepada-Nya.

Kembali ke cerita di atas. Walaupun sudah ngebut di jalan aku pun masih telat 5 menit. Mereka bertiga sudah berbincang-bincang di ruangan pimpinan BI. Setelah pertemuan, aku sudah tidak sabar lagi menunggu sholat zuhur tiba. Tadi aku telah minta maaf kepada mereka bertiga karena datang terlambat, kini aku ingin segera meminta maaf kepada Allah atas keterlambatanku selama ini “menemui-Nya”. Sholat zuhur kali ini terasa sangat nikmat sekali. Sayang sekali sholat berjamaahnya terasa agak cepat padahal aku belum puas untuk “curhat”. Sholat ba’da Zuhur aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk menumpahkan semua perasaanku pada-Nya.

Air mata ini rasanya tumpah tak terbendung lagi. Sambil terisak-isak aku “curhat” pada-Nya. “Duhai Allah, maafkan aku yang selama ini menduakan-Mu. Maafkan aku yang selama ini telah menyepelekan panggilan-MU. Duhai Allah, aku malu sekali pada-Mu. Aku malu sekali karena telah seringkali telat menjumpai-Mu. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa kepada-Mu. Duhai Allah, Jadikan hati ini menjadi hati yang dapat mengenal-Mu. Jadikan hati ini menjadi hati yang selalu sejuk mengingat-Mu. Hati yang cinta kepada-Mu. Hati yang selalu rindu ingin berjumpa dengan-Mu”.

Tidak ada komentar: